Kamis, 07 April 2011

ESENSI DAN KONSEP DASAR ILMU-ILMU SOSIAL, BUDAYA DAN KEALAMAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi seperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya.
Dalam membentuk kelompok tersebut, secara tidak langsung manusia telah belajar tentang ilmu baik ilmu sosial, budaya maupun kealaman. Perkembangan masyarakat saat ini yang semakin kompleks, menuntut manusia untuk lebih cermat dalam menata kehidupan. Bagi masyarakat yang tidak memahami ilmu maka akan tertinggal jauh dari masyarakat lain yang banyak belajar mengenai ilmu. Karena dapat terlihat pada zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang layaknya seperti kilat yang terus menyambar. Dari belahan dunia yang satu telah menciptakan temuan baru, belahan dunia yang lain juga menciptakan formula-formula baru yang dapat memudahkan pekerjaan manusia di muka bumi ini.
Ilmu pengetahuan yang semakin maju tersebut akan dapat merubah kondisi bumi ini dari mulai semakin baik bahkan ada juga dampak negatif yang membuat bumi ini semakin buruk. Hal itu tentu saja pengaruh ulah manusia yang salah dalam membuat penemuan-penemuan baru, karena yang difikirkan dalam membuat penemuan baru tersebut hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampak yang akan dirasakan ketika penemuan itu telah digunakan. Sebaiknya sebagai manusia yang telah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT menjadi khalifah dibumi yang indah ini, manusia idak hanya memikirkan kesejahteraannya sendiri tetapi juga memikirkan bagaimana kondisi makhluk hidup yang lain jika manusia menggunakan teknologi yang menguntungkan bagi kondisi bumi untuk masa yang akan datang.
Didalam makalah ini akan diterangkan mengenai esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial, budaya dan kealaman. Penyaji harapkan materi yang ada didalam makalah ini akan memberikan pengetahuan yang luas kepada para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah-masalah yang akan dibahas penyaji rumuskan sebagai berikut, diantaranya:
1. Apa itu ilmu?
2. Bagaimana persyaratan ilmu?
3. Bagaimana esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial?
4. Bagaimana esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu budaya?
5. Bagaimana esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu kealaman?

C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa tujuan diantaranya:
1. Mengetahui tentang apa itu ilmu,
2. Mengetahui persyaratan ilmu,
3. Mengetahui esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial,
4. Mengetahui esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu budaya,
5. Mengetahui esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu kealaman.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan beberapa metode, diantaranya metode kualitatif, kepustakaan, dan deskriptif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data-data yang dapat membantu dalam penyelesaian makalah tersebut. Metode kepustakaan adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data dari buku-buku yang berasal dari perpustakaan maupun dari buku sumber sendiri. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah menggunakan konsep penggambaran data-data yang telah ada.

E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan yaitu berisi tentang pengertian ilmu, persyaratan ilmu, konsep dasar ilmu-ilmu sosial, konsep dasar ilmu-ilmu budaya, dan konsep dasar ilmu-ilmu kealaman. Bab III penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.



























BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Kata ilmu dalam bahasa Arab yaitu "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Secara sederhana ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar memperoleh rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya. Maksud dari kalimat diatas yaitu setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian tertentu. Ilmu lebih mengkhususkan diri pada kejelasan konsep yang dikajinya secara khusus, lebih sempit dan mendalam. Hal ini untuk memudahkan para pencari ilmu dalam memfokuskan diri dalam bidang yang dikaji.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji kebenarannya menggunakan metode-metode tertentu sesuai dengan bidang yang dikaji. Ilmu meupakan hasil olah fikir manusia secara mendalam sehingga menghasilkan suatu konsep ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Selain ilmu, juga terdapat kata yang selalu berkaitan dengan ilmu yaitu pengetahuan. Pengetahuan adalah segala sesuatu atau hal yang diketahui melalui tangkapan pancaindera, rasio, firasat, intiusi, dan pengetahuan sikap. Oleh karena itu, tidak semua pengetahuan adalah ilmu, tetapi semua ilmu adalah pengetahuan.

B. Persyaratan Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Contohnya Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa tidak semua pengetahuan dapat untuk dijadikan suatu ilmu. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut suatu ilmu. Persyaratan tersebut diantaranya:
1. Objektif.
Sesuatu dapat disebut ilmu jika sesuatu tersebut dicari dan diteliti secara mendalam sehingga menghasilkan suatu keputusan yang kebenarannya bersifat objektif dan dapat diterima oleh semua orang serta objek yang ditelitinya nyata. Selain itu kebenarannya dapat diuji secara ilmiah. Jadi bukan hanya kesimpulan yang diambil secara subjektif oleh peneliti atau subjek penunjang penelitian saja.
2. Metodis
Metodis berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos yang berarti cara atau jalan. Dalam menentukan suatu ilmu, harus memiliki cara yang valid dalam kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan dalam ilmu yang telah teruji kebenarannya tersebut. Secara umum metodis adalah metode ilmiah untuk menguji kebenaran suatu ilmu.
3. Sistematis
Suatu ilmu harus bersifat sistematis. Hal ini dimaksudkan agar objek dari suatu ilmu tersebut dapat terurai secara teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, serta mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objek ilmu itu sendiri.
4. Universal
Jelas dalam menemukan suatu ilmu tertentu harus memiliki sifat universal. Hal ini untuk menentukan ilmu tersebut dapat dipergunakan secara luas atau tidak. Seperti ilmu matematika dan ilmu fisika yang memiliki rumus-rumus yang valid sehingga dibelahan dunia manapun, ilmu tersebut dapat digunakan dan dapat diterima secara luas.
Selain syarat ilmu diatas, berdasarkan pandangan filsafat ilmu didalam buku Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya, dan teknologi, menurut Astim Riyanto (Ridwan dan Elly, 2007: 9), mengemukakan bahwa:
Sesuatu dikatakan ilmu bila memenuhi syarat secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Berikut penjelasan dari syarat-syarat tersebut.
1. Setiap ilmu memenuhi syarat secara ontologis, apabila ilmu tersebut memiliki objek studi yang jelas. Objek yang dijadikan bahan studi hendaknya dapat diidentifikasi, dapat diberi batasan-batasan, dan dapat diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi itu hendaknya tidak identik dengan objek studi dari ilmu lain, bukan pinjaman dari ilmu lain. Ia haruslah mandiri, tidak bergantung pada ilmu lain.
2. Sebuah ilmu memenuhi syarat secara epistimologi, bila ilmu tersebut mempunyai pendekatan dan metodologinya sendiri mengenai bagaimana atau dengan cara apa ilmu itu disusun, dibina, dan dikembangkan. Sudah sepantasnya bahwa pendekatan dan metode yang digunakan cocok dengan sifat-sifat hakiki dari objek studinya sendiri.
3. Sebuah ilmu memenuhi syarat secara aksiologi, bila ilmu tersebut dapat menunjukan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan yang logis, sistematis, dan saling berkaitan. Didalam teori atau konsep itu tidak terdapat kekacauan pikiran, atau pertentangan kontradiktif diantara satu dengan yang lainnya.

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa dalam merumuskan suatu ilmu tidak dapat dilakukan secara instan dan apa adanya, tetapi harus dikaji terlebih dahulu apakah ilmu tersebut benar-benar suatu ilmu atau hanya pengetahuan untuk diri sendiri saja.

C. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial
Sumber dari semua ilmu pengetahuan adalah filsafat (philosophia), dari filsafat lahir tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu:
1. Social Sciences (ilmu-ilmu social meliputi : sejarah, politik, ekonomi dll)
2. Natural Science (ilmu-ilmu alam meliputi : fisika, kimia, biologi dll)
3. Humanities (ilmu-ilmu budaya meliputi : bahasa, agama, kesenian dll)
Ilmu pertama yang akan dibahas adalah ilmu-ilmu sosial (social sciences). Struktur ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas yaitu fakta, konsep dan generalisasi. Secara garis besar fakta adalah kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat. Yang dimaksud konsep yaitu sesuatu yang tersimpan dalam suatu pemikiran, ide atau gagasan. Sedangkan generalisasi yaitu pernyataan tentang hubungan diantara konsep.
Esensi dari ilmu-ilmu sosial mempelajari tindakan-tindakan manusia yang berlangsung dalam proses kehidupan dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berprilaku seperti apa yang mereka lakukan. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Didalam rumpun ilmu-ilmu sosial terdapat objek formal diantaranya:
1. Sosiologi yaitu ilmu sosial yang mempelajari tetang hubungan antar manusia dalam konteks sosialnya. Jadi objek formal dari sosiologi adalah interaksi atau hungan antar manusia yang hidup dalam kelompok-kelompok tertentu.
2. Antropologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari aspek kebudayaan yang ada didalam masyarakat. Objek formal dari antropologi adalah kebudayaan yang berkembang di masyarakat.
3. Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari tentang aspek kebutuhan manusia untuk memenuhi keperluan jasmani manusia. Objek formal dari ilmu ekonomi adalah kebutuhan material manusia dalam konteks sosialnya.
4. Hukum adalah ilmu sosial yang memperhatikan perilaku manusia menurut ketentuan atau aturan yang berlaku didalam suatu kelompok masyarakat. Objek formal dari ilmu hukum ini adalah perilaku manusia dalam mematuhi tata tertib yang berlaku didalam masyarakat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keamanan dan keadilan didalam masyarakat.
5. Komunikasi merupakan ilmu sosial tentang aspek pernyataan manusia dalam konteks sosialnya. Objek formal dari ilmu komunikasi ini adalah penyampaian pesan antara encoding (pemberi pesan) dan decoding (penerima pesan).
6. Politik merupakan ilmu sosial yang bergelut dalam aspek kekuasaan khususnya dalam masalah kenegaraan dan pemerintahan. Objek formah dari ilmu politik ini adalah kekuasaan dalam suatu pemerintahan.

D. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Budaya
Budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dari filsafat telah lahir tiga cabang ilmu, salah satunya adalah ilmu-ilmu budaya (humanistik).
Secara sederhana ilmu budaya dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah ilmu budaya dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni music dan lain-lain. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain ilmu budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Menurut Ridwan dan Elly (2007: 11), mengemukakan bahwa:
Terdapat objek formal dari ilmu-ilmu yang berada dalam ruang lingkup ilmu-ilmu budaya (humaniora) adalah sebagai berikut:
1. Filsafat sebagai ilmu merupakan cara berpikir yang kontemplatif (perenungan), radikal (mendalam sampai ke akar-akarnya), sistematis dan universal.
2. Bahasa objek formalnya kelompok manusia yang menggunakan bahasa tersebut dalam konteks lingkungan sosial budaya.
3. Psikologi objek formalnya tentang jiwa manusia, baik macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.

E. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Kealaman
Alam adalah sebuah benda yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa yang terdiri dari semua makhluk yang ada didalamnya baik itu benda hidup maupun benda mati yang menjadi sebuah kesatuan kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Alam tidak dapat berdiri sendiri karena alam adalah ciptaan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu kelangsungan hidup alam itu tergantung pada kehidupan yang ada di dalamnya.
Di alam terdapat berbagai unsur-unsur kehidupan dimulai dari unsur yang terkecil hingga kepada unsur yang besar. Manusia termasuk dalam unsur yang terkecil sama seperti halnya binatang, dan tumbuhan, serta makhluk lainnya yang ada di alam semesta ini.
Pada dasarnya, ilmu kealaman ini mempelajari tentang berbagai gejala-gejala alami yang ada di sekitar manusia. Seperti mengapa manusia bisa tumbuh dan berkembang, mengapa ada air, tanah, batu, dan udara, itulah beberapa pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada manusia-manusia yang hidup pada zaman dahulu, yang kemudian melahirkan konsep tentang ilmu kealaman. Dengan berkembangnya zaman, ilmu inipun berkembang menjadi beberapa bagian yang mengkaji tentang gejala alam ini dari sudut pandang yang berbeda. Bagian dari Ilmu ini antara lain adalah Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi dan Matematika.
Ilmu kealaman ini adalah sebagai alat untuk mengetahui bagaimana semua ini tercipta, dan menjadi sebuah sistem yang bernama kehidupan dan semua yang terjadi di alam ini. Di sini manusia kenal ada ilmu Biologi yang mempelajari tentang substansi biologis yang terdapat dalam tubuh makhluk, Fisika yang mempelajari tentang segala energi yang terjadi di alam ini, Kimia yang mempelajari unsur-unsur yang bersifat mikro yang dapat di alam ini dan reaksi yang ditimbulkan dari unsur-unsur ini sehingga menjadi sebuah pengaruh besar terhadap kehidupan makhluk di alam semesta ini, Astronomi mempelajari seluruh benda di langit dan matematika mempelajari perhitungan yang dapat membantu manusia dalam memprediksi kehidupannya. Pokok-pokok keilmuan ini adalah membahas tentang pengukuran, materi dan perubahannya, mekanika, suhu dan kalor, gelombang, bunyi, optika, listrik dan magnet, bumi dan alam semesta, tumbuhan dan lingkungan, hewan dan lingkungan, tubuh dan gizi.
Yang akhirnya akan memberikan pemahaman kepada manusia yang diberikan akal oleh Tuhan bahwa manusia ini adalah bagian terkecil dari seluruh kehidupan yang ada di alam semesta ini. Oleh karena manusia memiliki kemuliaan tersebut, manusia dituntut untuk dapat menjaga kelangsungan hidup alam semesta. Hal ini manusia membuat manusia memahami kebesaran Tuhan.
Objek formal dari ilmu-ilmu yang berada dalam lingkup ilmu-ilmu kealaman yaitu:
1. Astronomi objek formalnya yaitu perkembangan benda-benda yang berada diluar angkasa.
2. Arkeologi objek formalnya yaitu benda-benda purbakala pada masa lalu.
3. Matematika bukanlah merupakan ilmu tetapi cara berpikir deduktif sebagai sarana dalam kegiatan berbagai disiplin ilmu. Objek telaahannya sangat banyak diantaranya adalah bilangan, geometri, pengukuran, aritmatika dan lain-lain.
4. Fisika merupakan ilmu teoritis yang dibangun atas sistem penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembuktian induktif yang mengesankan. Objek formal ilmu fisika diantaranya zat, gerak,ruang dan waktu dalam konsep kealaman.
5. Biologi adalah ilmu yang mempelajari organisme atau makhluk hidup. Dan objek formal dari ilmu biologi ini adalah organisme itu sendiri dari mulai manusia, hewan maupun tumbuhan.

























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab pembahasan sebelumnya kami sebagai penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
2. Syarat-syarat ilmu diantaranya memiliki objek tertentu, memiliki metode tertentu, memiliki kegunaan, tersusun secara sistematis, uraiannya logis, dan bersifat universal.
3. Esensi dari konsep dasar ilmu-ilmu sosial yaitu ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan masyarakat. Yang termasuk ilmu-ilmu sosial diantaranya yaitu sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum, komunikasi dan politik.
4. Esensi dari konsep dasar ilmu-ilmu budaya yaitu hasil pola pikir manusia yang kreatif dan dijadiakan sebuah kebiasaan dalam kelompok masyarakat tertentu. Ilmu yang berada dalam lingkup ilmu budaya diantaranya filsafat, bahasa, dan psikologi.
5. Esensi dari ilmu-ilmu kealaman yaitu pengetahuan berupa gejala-gejala yang terjadi pada makhluk hidup dan lingkungannya. Ilmu yang berada dalam lingkup ilmu-ilmu kealaman diantaranya astronomi, arkeologi, fisika dan biologi.





B. Saran
Dari uraian dan kesimpulan diatas, maka sebagai khalifah yang telah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk memanfaatkan dan menjaga bumi tercinta ini sebaiknya manusia bukan hanya dapat mengambil keuntungan dari sumber daya alam yang ada tetapi juga sebagai manusia harus dapat menjaga dan melestarikannya dengan baik. Selain itu manusia juga harus dapat melestarikan budaya-budaya bangsa yang telah berkembang pesat di negara tercinta Indonesia.
Bagi manusia yang telah terlahir dengan segala kelebihan yang dimiliki maka hendaknya selalu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti yang banyak terjadi dimuka bumi ini, banyak peperangan, permusuhan dan saling menjatuhkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, membuat keadaan di bumi ini semakin tidak terkendali. Indahnya perdamaian dari terciptanya rasa saling menyayangi sudah hilang. Bencana yang sering terjadi pada saat ini serta semakin terkikisnya nilai-nilai kebudayaan bangsa merupakan ulah manusia yang tidak bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada umat manusia. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa yang berilmu hendaknya mahasiswa dapat merubah wajah dunia menjadi semakin baik kedepannya dengan menciptakan perdamaian dunia, melestarikan budaya bangsa dan menjaga lingkungan tempat manusia tinggal.












DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2007). Panduan Kuliah pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Teknologi. Bumi Siliwangi: CV. Yasindo Multi Aspek.

Sunaria, Nono Harsono. (2009). Bahan Belajar Mandiri Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.

STRATIFIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Masyarakat terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri berbeda baik berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan.
Semua manusia dilahirkan sama seperti yang selama ini kita tahu, melalui pendapat para orang-orang bijak dan orang tua kita atau bahkan orang terdekat kita. Pendapat demikian ternyata tidak lebih dari omong kosong belaka yang selalu ditanamkan kepada setiap orang entah untuk apa mereka selalu menanamkan hal ini kepada kita.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Beberapa pendapat sosiologis mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian anggota masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan kemampuan berpikir manusia. Pembedaan anggota masyarakat ini dalam sosiologi dinamakan startifikasi sosial.
Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian disebut mobilitas sosial. Sistem Stratifikasi menuruf sifatnya dapat digolongkan menjadi straifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup, contoh yang disebutkan diatas tadi merupakan contoh dari stratifikasi terbuka dimana mobilitas sosial dimungkinkan.
Suatu sistem stratifikasi dinamakan tertutup manakala setiap anggota masyarakat tetap pada status yang sama dengan orang tuanya, sedangkan dinamakan terbuka karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya, bisa lebih tinggi atau lebih rendah.
Stratifikasi sosial digunakan untuk menunjukan ketidaksamaan dalam masyarakat manusia. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa banyak dimensi dalam stratifikasi sosial akan tetapi tidak semua dimensi akan ditulis dalam makalah ini mengingat keterbatasan pengetahuan saya soal hal ini. Namun beberapa stratifikasi yang menurut saya penting akan saya tuliskan.

B. Rumusan masalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari stratifikasi dan interaksi sosial?
2. Apa jenis-jenis dari stratifikasi dan interaksi sosial?
3. Bagaimana terjadinya stratifikasi sosial?
4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi interaksi sosial?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan segala sesuatu yang berkenaan dengan stratifikasi sosial dan interaksi sosial.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan dan manfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambahan pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang budaya dan masyarakat.
2. Pembaca/ guru, sebagai media informasi tentang ilmu budaya dan masyarakat pada saat ini.

E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini di bagi kedalam tiga bab. Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan yang mencakup pengertian, terjadinya, unsur-unsur, dasar-dasar, sifat-sifat, macam-macam, contoh stratifikasi sosial dan pengertian, macam-macam, bentuk-bentuk, ciri-ciri, syarat-syarat dan faktor-faktor interaksi sosial. Bab III Pada bab terakhir yaitu bab IV terdapat kesimpulan dan saran.
























BAB II
PEMBAHASAN

A. Stratifikasi Sosial
1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Adapun pengertian stratifikasi menurut para ahli adalah :
a. Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
b. Drs. Robert M.Z. Lawang, stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
c. P.J. Bouman, Stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.
d. Soerjono Soekanto, Stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
e. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Stratifikasi sosial adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.

2. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya stratifikasi, yaitu :
a. Dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat
Contoh: Kepandaian, senior, tingkat umur, harta dll
b. Dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama
Contoh: Sistem kepangkatan PNS, ABRI, feodal dll

3. Unsur-unsur stratifikasi sosial
a. Kedudukan (Status)
Yaitu kedudukan sebagai tempat posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial
b. Peranan (Role)
Yaitu peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
4. Dasar-dasar stratifikasi sosial
Bibit yang menumbuhkan straifikasi yaitu barang yang dihargai misalnya :
a. Uang
b. Harta
c. Tanah
d. Kekuasaan
e. Ilmu pengetahuan
5. Sifat-sifat Stratifikasi
a. Bersifat Tertutup
Yaitu membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak keatas maupun gerak kebawah bila akan menjadi anggota biasanya berdasarkan kelahiran (contoh : kasta dalam agama hindu, sistem feodal, sistem rasial).
b. Bersifat Terbuka (Open stratification)
Yaitu setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawahnya.
6. Macam-macam atau Jenis-jenis Stratifikasi
Macam-Macam/ Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial :
a. Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.
7. Macam-macam Kedudukan Stratifikasi Sosial
a. Ascribed status
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Contoh : kedudukan berdasarkan kasta/feodalis
b. Acchieved status
Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan sengaja.
Contoh : pendidikan
c. Assigned status
Yaitu kedudukan yang diberikan kepada tokoh masyarakat/orang yang berjasa.
8. Contoh Stratifikasi pada Masyarakat Bali
a. Menurut garis keturunan laki-laki dapat kita lihat pada gelar nama yang dipakai
b. Kasta Brahmana Ida Bagus
c. Kasta Satria Tjokorda, Dewa Ngahan
d. Kasta Vesia Bagus, Ida Gusti, Gusti
e. Kasta Sudra Pande.Kban, Pasek
B. Interaksi Sosial
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004, p. 216).
Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.
1. Macam-macam interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
b. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

2. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
a. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif yakni mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
1) Kerja sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2) Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
3) Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
4) Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
b. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik seperti:
1) Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
2) Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
3) Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
3. Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain:
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
4. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu:
a. Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Maksud dari komunikasi tersebut adalah berhubungan langsung dengan orang lain.
5. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
Interaksi sosial terbentuk oleh factor – factor berikut ini :
a. Tindakan Sosial
Tidak semua tindakan manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial misalnya : Seorang pemuda yang sedang mengkhayalkan gadis impiannya secara diam-diam. Menurut MAX WEBER , tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu – individu lainnya dalam masyarakat . Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1) Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan . Contoh : Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
2) Tindakan Rasional Berorientasi nilai : Tindakan – Tindakan yang berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat . Contoh : Tindakan –Tindakan yang bersifat Religio – magis .
3) Tindakan Tradisional ; Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional . Contoh : Berbagai macam upacara \ tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur .
4) Tindakan Ofektif : Tindakan – Tindakan yang dilakukan oleh seorang \ kelompok orang berdasarkan perasaan \ emosi
b. Kontak Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara:
1) Menurut cara berkomunikasi
a) Kontak Langsung: Pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan.
b) Kontak Tidak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga.
2) Kontak Sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi. Ada 2 macam kontak sosial:
a) Kontak Primer
b) Kontak Sekunder
c. Komunikasi Sosial
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator, orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilkan interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsung secara komunikatif.
Contoh : Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit – belit, bahkan mungkin sama sekali tidak dapat dipahami.
• Bentuk-bentuk interaksi yang mendorong terjadinya lembaga, kelompok dan organisasi sosial:
1) Bentuk Interaksi sosial menurut jumlah pelakunya.
a) Interaksi antara individu dan individu
Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya. Wujud interaksi bisa dalam dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap/mungkin bertengkar.
b) Interaksi antara individu dan kelompok
Bentuk interaksi antara individu dengan kelompok. Misalnya: Seorang ustadz sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok .
c) Interaksi antara Kelompok dan Kelompok
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contoh : Satu Kesebelasan Sepak Bola bertanding melawan kesebelasan lain.
2) Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya:
a) Imitasi
Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara- cara orang lain. Contoh : Seorang anak sering kali meniru kebiasan – kebiasan orang tuanya.
b) Identifikasi
Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya.
Contoh : Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.
c) Sugesti
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, kelompok kepada seorang individu.
Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat kenakalan tanpa memikirkan akibatnya kelak.
d) Motivasi
Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok. Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya merupakan salah
satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.
e) Simpati
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang/ kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Misalnya apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih sayang.
f) Empati
Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh jika kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut celaka.























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial dibagi menjadi dua yaitu stratifikasi sosial tertutup yaitu stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah dan stratifikasi sosial terbuka yaitu sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Macam-macam interaksi sosial terbagi menjadi tiga bagian yaitu interaksi antara individu dan individu, interaksi antara individu dan kelompok, interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Selain itu kita juga perlu tahu tentang bagaimana terjadinya stratifikasi sosial dimana stratifikasi sosial ini terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat dan terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Interaksi sosial juga bisa terbentuk oleh tiga faktor seperti tindakan sosial, kontak sosial dan komunikasi sosial.
B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sekalipun dalam masyarakat terdapat suatu stratifikasi sosial, kita sebagai masyarakat yang memiliki rasa empati tetap tidak boleh membeda-bedakan antara manusia satu dengan yang lainnya karena manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain, sehingga kita perlu berinteraksi dengan manusia yang lain.