Sabtu, 18 Juni 2011

PAUD

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Fungsi dan Tujuan PAUD
Berdasarkan PP 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidiukan, fungsi dan tujuan PAUD diatur dalam Pasal 61. Berikut bunyi lengkapnya:
(1) Pendidikan anak usia dini berfungsi membina, menumbuhkan, dan mengembangkan seluruh potensi anak usia dini secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
(2) Pendidikan anak usia dini bertujuan:
a. membangun landasan bagi berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berkepribadian luhur, sehat, berilmu, cakap, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, percaya diri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab; dan
b. mengembangkan potensi kecerdasan spiritual, intelektual, emosional, kinestetis, dan social peserta didik pada masa emas pertumbuhannya dalam lingkungan bermain yang edukatif dan menyenangkan.
Bentuk dan Jenis Satuan Pendidikan PAUD
PAUD Jalur Formal (Pasal 62)
(1) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat.
(2) TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki program pembelajaran 1 (satu) tahun atau 2 (dua) tahun.
(3) TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diselenggarakan menyatu dengan SD, MI, atau bentuk lain yang sederajat.
PAUD Jalur Nonformal (Pasal 107)
(1) Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis.
(2) Kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini yang sejenis menyelenggarakan pendidikan dalam konteks:
a. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran agama dan ahlak mulia;
b. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran sosial dan kepribadian;
c. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran estetika;
d. bermain sambil belajar dalam rangka pembelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan; dan
e. bermain sambil belajar dalam rangka merangsang minat kepada ilmu pengetahuan dan teknologi.
(3) Peserta didik kelompok bermain, taman penitipan anak, dan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan nonformal yang sejenis dapat dievaluasi perkembangannya tanpa melalui proses yang bersifat menguji kompetensi.
Penerimaan Peserta Didik Pasal 63
Peserta didik TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat berusia 4 (empat) tahun sampai dengan 6 (enam) tahun.
Informasi sekilas di atas adalah merupakan sebagain isi dari PP 17 tahun 2010. Bila berminat, PP ini dapat diunduh secara gratis dengan klik tautan derikut:
Pendidikan anak usia dini memiliki fungsi utama mengembangkan semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, fisik (motorik kasar dan halus), sosial dan emosional. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang sangat kuat antara perkembangan yang dialami anak pada usia dini dengan keberhasilan mereka dalam kehidupan selanjutnya. Misalnya, anak-anak yang hidup dalam lingkungan (baik di rumah maupun di KB atau TK) yang kaya interaksi dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar akan terbiasa mendengarkan dan mengucapkan kata-kata dengan benar, sehingga ketika mereka masuk sekolah, mereka sudah mempunyai modal untuk membaca. (http://www.whitehouse.gov/infocus/earlychild-hood/sect2.html).
Sehubungan dengan fungsi-fungsi yang telah dipaparkan tersebut, maka tujuan pendidikan anak usia dini dapat dirumuskan sebagai berikut.
a. Memberikan pengasuhan dan pembimbingan yang memungkinkan anak usia dini tumbuh dan berkembang sesuai dengan usia dan potensinya.
b. Mengidentifikasi penyimpangan yang mungkin terjadi, sehingga jika terjadi penyimpangan, dapat dilakukan intervensi dini.
c. Menyediakan pengalaman yang beranekaragam dan mengasyikkan bagi anak usia dini, yang memungkinkan mereka mengembangkan potensi dalam berbagai bidang, sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang sekolah dasar (SD).
NASKAH AKADEMIK PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PG-PAUD) DEPDIKN
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitikberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini.
Ada dua tujuan diselenggarakannya pendidikan anak usia dini yaitu:
• Tujuan utama: untuk membentuk anak Indonesia yang berkualitas, yaitu anak yang tumbuh dan berkembang sesuai dengan tingkat perkembangannya sehingga memiliki kesiapan yang optimal di dalam memasuki pendidikan dasar serta mengarungi kehidupan di masa dewasa.
• Tujuan penyerta: untuk membantu menyiapkan anak mencapai kesiapan belajar (akademik) di sekolah.
Rentangan anak usia dini menurut Pasal 28 UU Sisdiknas No.20/2003 ayat 1 adalah 0-6 tahun. Sementara menurut kajian rumpun keilmuan PAUD dan penyelenggaraannya di beberapa negara, PAUD dilaksanakan sejak usia 0-8 tahun.
Ruang Lingkup Pendidikan Anak Usia Dini
• Infant (0-1 tahun)
• Toddler (2-3 tahun)
• Preschool/ Kindergarten children (3-6 tahun)
• Early Primary School (SD Kelas Awal) (6-8 tahun)

PENGERTIAN PAUD

PAUD adalah ....
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
PAUD merupakan salah satu jenis Pendidikan luar Sekolah (PLS) termasuk pada satuan kelompok belajar tetapi bukan merupakan persyaratan masuk TK atau SD.
PAUD merupakan salah satu bentuk usaha kesejahteraan anak dengan mengutamakan kegiatan bermain yang menyelanggarakan pendidikan prasekolah bagi anak usia 3 tahun sampai memasuki Pendidikan Dasar (Penjelasan Pemerintah Republik Indonesia No.27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah Pasal 6, ayat 1)
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Pendidikan anak usia dini adalah sebuah jurusan yang mendidik anak-anak yang masih berusia dini atau masih berumur 5 sampai 10 tahun.
PAUD adalah pendidikan luar sekolah seperti Kelompok Bermain dan Penitipan Anak, yang umumnya berjalan sendiri-sendiri dengan polanya masing-masing, sedangkan PADU adalah pendidikan sekolah seperti Taman Kanak-kanak (TK), yang sudah mulai dibina dan diasuh oleh Depdiknas.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang intelektualitas anak demi mempersiapkan mereka masuk sekolah
Suatu Proses pembinaan tumbuh kembang anak sejak lahir hingga usia 6 th secara menyeluruh yang mencakup aspek fisik & non fisik, dengan memberikan rangsangan bagi perkembangan jasmani, rohani, motorik, akal fikiran, emosional dan sosial yang tepat dan benar, agar tumbuh dan berkembang secara optimal.

KERANGKA DASAR KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Tim Pengembang: Pusat Kurikulum Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan TK dan SD Universitas Negeri Jakarta DERPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2007

KERANGKA DASAR
KURIKULUM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
Tim Pengembang:
Pusat Kurikulum
Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini
Direktorat Pembinaan TK dan SD
Universitas Negeri Jakarta
DERPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007
DAFTAR ISI
Bab I . Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
Bab II . Landasan Pendidikan Anak Usia Dini
A. Landasan Yuridis
B. Landasan Filosofis
C. Landasan Keilmuan
Bab III . Hakikat Pendidikan Anak Usia Dini
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Prinsip-prinsip
Bab IV. Standar Kompetensi Anak Usia Dini
A. Pengertian
B. Standar Kompetensi
Bab V. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini
A. Pengertian
B. Prinsip Pengembangan Kurikulum
C. Ruang Lingkup Kurikulum
D. Komponen Kurikulum
E. Pengembangan Kurikulum pada Satuan Pendidikan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki milenium ke tiga Indonesia dihadapkan pada tantangan untuk menyiapkan masyarakat menuju era baru, yaitu globalisasi yang menyentuh semua aspek kehidupan. Dalam era global ini seakan dunia tanpa jarak. Komunikasi dan transaksi ekonomi dari tingkat lokal hingga internasional dapat dilakukan sepanjang waktu. Demikian pula nanti ketika perdagangan bebas sudah diberlakukan, tentu persaingan dagang dan tenaga kerja bersifat multi bangsa. Pada saat itu hanya bangsa yang unggullah yang anak mampu bersaing.
Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
Pada hakikatnya belajar harus berlangsung sepanjang hayat. Untuk menciptakan generasi yang berkualitas, pendidikan harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi maka fenomena pentingnya PAUD merupakan keniscayaan. PAUD menjadi sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini. Sedemikian pentingnya masa ini sehingga usia dini sering disebut the golden age (usia emas).
Dengan diberlakukannya UU No. 20 Tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan/atau informal. PAUD pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. PAUD pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.
Dalam upaya pembinaan terhadap satuan-satuan PAUD tersebut, diperlukan adanya sebuah kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi anak usia dini yang berlaku secara nasional. Kerangka dasar kurikulum dan standar kompetensi adalah rambu-rambu yang dijadikan acuan dalam penyusunan kurikulum dan silabus (rencana pembelajaran) pada tingkat satuan pendidikan. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan.
B. Tujuan
Tujuan kerangka dasar kurikulum pendidikan anak usia dini adalah kerangka dasar yang dijadikan sebagai acuan bagi lembaga pendidikan anak usia dini dalam mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan.
C. Sasaran
Sasaran kerangka dasar ini adalah lembaga-lembaga penyelenggara PAUD jalur pendidikan formal dan nonformal seperti Taman Kanak-Kanak, Raudatul Athfal, Kelompok Bermain,Taman Penitipan Anak, dan Satuan PAUD yang sejenis.

D. Ruang Lingkup Penulisan
Kerangka dasar ini terdiri dari bab I Pendahuluan, bab II Landasan Pendidikan Anak Usai dini, bab III. Hakikat Pendidikan Anak Usai Dini, bab IV Standar Kompetensi Anak Usia Dini, bab V Struktur Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini, bab VI Penilaian Kurikulum, dan bab. VII Penutup.

BAB II
LANDASAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Landasan Yuridis
1. Dalam Amandemen UUD 1945 pasal 28 B ayat 2 dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”.
2. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1 tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat dan bakatnya”.
3. Dalam UU NO. 20 TAHUN 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal 1, Butir 14 dinyatakan bahwa ”Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”. Sedangkan pada pasal 28 tentang Pendidikan Anak Usia Dini dinyatakan bahwa ”(1) Pendidikan Anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, (2) Pendidkan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidkan formal, non formal, dan/atau informal, (3) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal: TK, RA, atau bentuk lain yang sederajat, (4) Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan non formal: KB, TPA, atau bentuk lain yang sederajat, (5) Pendidikan usia dini jalur pendidikan informal: pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan, dan (6) Ketentuan mengenai pendidikan anak usia dini sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), dan ayat (4) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah.”
B. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik” berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena perbedaan pandangan filsafah yang menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
Bangsa Indonesia yang menganut falsafah Pancasila berkeyakinan bahwa pembentukan manusia Pancasilais menjadi orientasi tujuan pendidikan yaitu menjadikan manusia indonesia seutuhnya.Bangsa Indonesia juga sangat menghargai perbedaan dan mencintai demokrasi yang terkandung dalam semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang maknanya “berbeda tetapi satu.” Dari semboyan tersebut bangsa Indonesia juga sangat menjunjung tinggi hak-hak individu sebagai mahluk Tuhan yang tak bisa diabaikan oleh siapapun. Anak sebagai mahluk individu yang sangat berhak untuk mendaptkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Dengan pendidikan yang diberikan diharapkan anak dapat tumbuh sesuai dengan potensi yang dimilkinya, sehingga kelak dapat menjadi anak bangsa yang diharapkan. Melalui pendidikan yang dibangun atas dasar falsafah pancasila yang didasarkan pada semangat Bhineka Tunggal Ika diharapkan bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang tahu akan hak dan kewajibannya untuk bisa hidup berdampingan, tolong menolong dan saling menghargai dalam sebuah harmoni sebagai bangsa yang bermartabat.
Sehubungan dengan pandangan filosofis tersebut maka kurikulum sebagai alat dalam mencapai tujuan pendidikan, pengembangannya harus memperhatikan pandangan filosofis bangsa dalam proses pendidikan yang berlangsung.
C. Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dinii didasarkan kepada beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak. Pertumbuhan dan perkembangan anak tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan perkembangan struktur otak. Menurut Wittrock (Clark, 1983), ada tiga wilayah perkembangan otak yang semakin meningkat, yaitu pertumbuhan serabut dendrit, kompleksitas hubungan sinapsis, dan pembagian sel saraf. Peran ketiga wilayah otak tersebut sangat penting untuk pengembangan kapasitas berpikir manusia. Sejalan dengan itu Teyler mengemukakan bahwa pada saat lahir otak manusia berisi sekitar 100 milyar hingga 200 milyar sel saraf. Tiap sel saraf siap berkembang sampai taraf tertinggi dari kapasitas manusia jika mendapat stimulasi yang sesuai dari lingkungan.
Jean Piaget (1972) mengemukakan tentang bagaimana anak belajar:“ Anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Anak seharusnya mampu melakukan percobaan dan penelitian sendiri. Guru bisa menuntun anak-anak dengan menyediakan bahan-bahan yang tepat, tetapi yang terpenting agar anak dapat memahami sesuatu, ia harus membangun pengertian itu sendiri, dan ia harus menemukannya sendiri.” Sementara Lev Vigostsky meyakini bahwa : pengalaman interaksi sosial merupakan hal yang penting bagi perkembangan proses berpikir anak. Aktivitas mental yang tinggi pada anak dapat terbentuk melalui interaksi dengan orang lain. Pembelajaran akan menjadi pengalaman yang bermakna bagi anak jika ia dapat melakukan sesuatu atas lingkungannya. Howard Gardner menyatakan tentang kecerdasan jamak dalam perkembangan manusia terbagi menjadi: kecerdasan bodily kinestetik, kecerdasan intrapersonal, kecerdasan interpersonal, kecerdasan naturalistik, kecerdasan logiko – matematik, kecerdasan visual – spasial, kecerdasan musik.
Dengan demikian perkembangan kemampuan berpikir manusia sangat berkaitan dengan struktur otak, sedangkan struktur otak itu sendiri dipengaruhi oleh stimulasi, kesehatan dan gizi yang diberikan oleh lingkungan sehingga peran pendidikan yang sesuai bagi anak usia dini sangat diperlukan.
BAB III
HAKIKAT PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
1. Pengertian
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
2. Tujuan
Secara umum tujuan pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
3. Prinsip-Prinsip Pendidikan Anak Usia Dini
Dalam melaksanakan Pendidikan anak usia dini hendaknya menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Berorientasi pada Kebutuhan Anak
Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosio emosional.
b. Belajar melalui bermain
Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda di sekitarnya.
c. Lingkungan yang kondusif
Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.
d. Menggunakan pembelajaran terpadu
Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbagai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.
e. Mengembangkan berbagai kecakapan hidup
Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.
f. Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar
Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik /guru.
a. Dilaksanakan secara bertahap dan berulang –ulang
Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap, dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan–kegiatan yang berluang .
BAB IV
STANDAR KOMPETENSI ANAK USIA DINI
A. Pengertian
Standar kompetensi anak usia dini adalah standar kemampuan anak usia 0-6 tahun yang didasarkan pada perkembangan anak. Standar kompetensi ini digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan kurikulum anak usia dini.
B. Standar Kompetensi Anak Usia Dini
Standar kompetensi anak usia dini terdiri atas pengembangan aspek-aspek sebagai berikut:
a. Moral dan nilai-nilai agama
b. Sosial, emosional, dan kemandirian
c. Bahasa
d. Kognitif
e. Fisik/Motorik
f. Seni
BAB V
PENGEMBANGAN KURIKULUM
TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
A. Pengertian
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan belajar serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelengaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
B. Prinsip-prinsip Pengembangan
1. Bersifat komperhensif
Kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan .
2. Dikembangkan atas dasar perkembangan secara bertahap.
Kurikulum harus menyediakan berbagai kegiatan dan interaksi yang tepat didasarkan pada usia dan tahapan perkembangan setiap anak. Program menyediakan berbagai sarana dan bahan untuk anak dengan berbagai kemampuan.
3. Melibatkan orang tua
Keterlibatan orang tua sebagai pendidik utama bagi anak. Oleh karena itu peran orang tua dalam pendidikan anak usia dini sangat penting dalam pelaksanaan pendidikan.
4. Melayani kebutuhan individu anak.
Kurikulum dapat mewadahi kemampuan, kebutuhan,minat setiap anak.
5. Merefleksikan kebutuhan dan nilai masyarakat
Kurikulum harus memperhatikan kebutuhan setiap anak sebagai anggota dari keluarga dan nilai-nilai budaya suatu masyarakat.
6. Mengembangkan standar kompetensi anak
Kurikulum yang dikembangkan harus dapat mengembangkan kompetensi anak. Standar Kompetensi seabagi acuan dalam menyiapkan lingkungan belajar anak.
7. Mewadahi layanan anak berkebutuhan khusus
Kurikulum yang dikembangkan hendaknya memperhatikan semua anak termasuk anak-anak yang berkebutuhan khususus.
8. Menjalin kemitraan dengan keluarga dan masyarakat
Kurikulum hendaknya dapat menunjukkan bagaimana membangun sinegi dengan keluarga dan masyarakat sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
9.Memperhatikan kesehatan dan keselamatan anak
Kurikulum yang dibangun hendaknya memperhatikan aspek keamanan dan kesehatan anak saat anak berada disekolah
10.Menjabarkan prosedur pengelolaan Lembaga
Kurikulum hendaknya dapat menjabarkan dengan jelas prosedur manajemen /pengelolaan lembaga kepada masyarakat sebagai bentuk akuntabiitas.
11. Manajemen Sumber Daya Manusia
Kurikulum hendaknya dapat menggamabarkan proses manajemen pembinaan sumber daya manusia yang terlibat di lembaga
12.Penyediaan Sarana dan Prasarana.
Kurikulum dapat menggambarkan penyediaan srana dan prasaran yang dimiliki lembaga.
C. Komponen Kurikulum
a. Anak
Sasaran layanan pendidikan Anak usia dini adalah anak yang berada pada rentang usia 0 – 6 tahun. Pengelompokan anak didasarkan pada usia sebagai berikut :
1) 0 – 1 tahun
2) 1 – 2 tahun
3) 2- 3 tahun
4) 3 - 4 tahun
5) 4- 5 tahun
6) 5 - 6 tahun .
b. Pendidik
Kompetensi Pendidik anak usia dini memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya Diploma Empat (D-IV) atau Sarjana (S1) di bidang pendidikan anak usia dini, kependidikan lain, atau psikologi; dan memiliki sertifikasi profesi guru PAUD atau sekurang – kurangnya telah mendapat pelatihan pendidikan anak usia dini. Adapun rasio pendidik dan anak adalah
1) Usia 0 – 1 tahun rasio 1 : 3 anak
2) Usai 1 – 3 tahun rasio 1 : 6 anak
3) Usia 3 - 4 tahun rasio 1 : 8 anak
4) Usia 4 - 6 tahun rasio 1 : 10 /12 anak
c. Pembelajaran
Pembelajaran dilakukan melalui kegiatan bermain yang dipersiapkan oleh pendidik dengan menyiapkan materi ( content ), dan proses belajar. Materi belajar bagi anak usia dini dibagi dalam 2 kelompok usia.
Materi Usia lahir sampai 3 tahun meliputi:
1). Pengenalan diri sendiri ( Perkembangan konsep diri)
2). Pengenalan perasaan (Perkembangan emosi)
3). Pengenalan tentang Orang lain (Perkembangan Sosial)
4). Pengenalan berbagai gerak (perkembangan Fisik)
5). Mengembangkan komunikasi (Perkembangan bahasa)
6). Ketrampilan berfikir (Perkembangan kognitif)
Materi untuk anak usia 3 – 6 tahun meliputi :
1) Keaksaraan mencakup peningkatan kosa kata dan bahasa, kesadaran phonologi, wawasan pengetahuan, percakapan, memahami buku-buku, dan teks lainnya.
2) Konsep Matematika mencakup pengenalan angka-angka, pola-pola dan hubungan, geometri dan kesadaran ruang, pengukuran, pengumpulan data, pengorganisasian, dan mempresentasikannya.
3) Pengetahuan Alam lebih menekankan pada objek fisik, kehidupan, bumi dan lingkungan.
4) Pengetahuan Sosial mencakup hidup orang banyak, bekerja, berinteraksi dengan yang lain, membentuk, dan dibentuk oleh lingkungan. Komponen ini membahas karakteristik tempat hidup manusia, dan hubungannya antara tempat yang satu dengan yang lain, juga hubungannya dengan orang banyak. Anak-anak mempelajari tentang dunia dan pemetaannya, misalnya dalam rumah ada ruang tamu, ruang tidur, kamar mandi, dapur, ruang keluarga, ruang belajar; di luar rumah ada taman, garasi, dll. Setiap rumah memiliki tetangga dalam jarak dekat atau jauh.
5) Seni mencakup menari, musik, bermain peran, menggambar dan melukis. Menari, adalah mengekspresikan ide ke dalam gerakan tubuh dengan mendengarkan musik, dan menyampaikan perasaan. Musik, adalah mengkombinasikan instrumen untuk menciptakan melodi dan suara yang menyenagkan. Drama, adalah mengungkapkan cerita melalui aksi, dialog, atau keduanya. Seni juga mencakup melukis, menggambar, mengoleksi sesuatu, modeling, membentuk dengan tanah liat atau materi lain, menyusun bangunan, membuat boneka, mencap dengan stempel, dll.
6) Teknologi mencakup alat-alat dan penggunaan operasi dasar. Kesadaran Teknologi. Komponen ini membahas tentang alat-alat teknologi yang digunakan anak-anak di rumah, di sekolah, dan pekerjaan keluarga. Anak-anak dapat mengenal nama-nama alat dan mesin yang digunakan oleh manusia sehari-hari.
7) Ketrampilan Proses mencakup pengamatan dan eksplorasi; eksperimen, pemecahan masalah; dan koneksi, pengorganisasian, komunikasi, dan informasi yang mewakili.
Untuk mewadahi proses belajar bagi anak usa dini pendidik harus dapat melakukan penataan lingkungan main, menyediakan bahan–bahan main yang terpilih, membangun interaksi dengan anak dan membuat rencana kegiatan main untuk anak. Proses pembelajaran anak usia dini dilakukan melalui sentra atau area main. Sentra atau area tersebut bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi dari masing-masing satuan Pendidikan. Contoh sentra atau area bermain tersebut antara lain : Sentra Balok, Sentra Bermain Peran, Sentra Seni, Sentra Musik, Sentra Persiapan, Sentra agama, dan Sentra Memasak.
d. Penilaian (Assesmen)
Assesmen adalah proses pengumpulan data dan dokumentasi belajar dan perkembangan anak. Assesmen dilakukan melalui : observasi, konfrensi dengan para guru, survey, wawancara dengan orang tua, hasil kerja anak, dan unjuk kerja. Keseluruhan penilaian /assesmen dapat di buat dalam bentuk portofolio.
e. Pengelolaan Pembelajaran
1). Keterlibatan Anak
2). Layanan program
Lembaga Pendidikan anak usia dini dilaksnanakan sesuai satuan Pendidikan masing-masing. Jumlah hari dan jam layanan :
(a) Taman Penitipan Anak (TPA) dilaksanakan 3 – 5 hari dengan jam layanan minimal 6 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 -160 hari atau 32 – 34 minggu.
(b) Kelompok Bermain (KB) setiap hari atau minimal 3 kali seminggu dengan jumlah jam minimal 3 jam. Minimal layanan dalam satu tahun 144 hari atau 32 - 34 minggu.
(c) Satuan PAUD Sejenis (SPS) minimal satu minggu sekali dengan jam layanan minimal 2 jam. Kekurangan jam layanan pada SPS dilengkapi dengan program pengasuhan yang dilakukan orang tua sehingga jumlah layanan keseluruhan setara dengan 144 hari dalam satu tahun.
(d) Taman Kanak-Kanak (TK) dilaksanakan minimal 5 hari setiap minggu dengan jam layanan minimal 2,5 jam. Layanan dalam satu tahun 160 hari atau 34 minggu.
Layanan pembelajaran pada masing-masing satuan pendidikan anak usia dini mengikuti kalender pendidikan daerah masing-masing.
f. Melibatkan Peranserta masyarakat
Pelaksanaan pendidikan anak usia dini hendaknya dapat melibatkan seluruh komponen masyarakat. Penyelenggaraan pendiikan anak usai dini dapat dilakukan oleh swasta dan pemerintah , yayasan maupun perorangan.
E. Satuan Pendidikan Anak Usia Dini.
Kerangka dasar Kurikulum digunakan pada pendidika anak usia dini jalur formal maupun jalur non formal yaitu : Taman Kanak-Kanak/ Raudhatul Athfal, Taman Penitipan Anak, Kelompok Bermain, dan Satuan PAUD Sejenis.
a. Taman Kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia empat tahun sampai enam tahun. Sasaran Pendidikan Taman Kanak-Kanak adalah anak usia 4 – 6 tahun, yang dibagi ke dalam dua kelompok belajar berdasarkan usia yaitu Kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan Kelompok B untuk anak didik usia 5 – 6 tahun.
b. Kelompok Bermain adalah salah satu bentuk PAUD pada jalur pendidikan non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak usia 2 sampai dengan 4 tahun. Sasaran KB adalah anak usia 2 – 4 tahun dan anak usia 4 – 6 tahun yang tidak dapat dilayani TK (setelah melalui pengkajian dan mendapat rekomendasi dari pihak yang berwenang).
c. Taman Penitipan Anak adalah layanan pendidikan yang dilaksanakan pemerintah dan masyarakat bagi anak usia lahir – 6 tahun yang orang tuanya bekerja. Peserta didik pada TPA adalah anak usia lahir – 6 tahun.
d. Satuan PAUD Sejenis (SPS) adalah layanan minimal merupakan layanan minimal yang hanya dilakukan 1-2 kali/minggu atau merupakan layanan PAUD yang diintegrasikan dengan program layanan lain. Peserta didik pada SPS adalah anak 2-4 tahun.
BAB VI
PENILAIAN KURIKULUM
Evaluasi / Penilaian adalah suatu analisis yang sistimatis untuk melihat efektifitas program yang diberikan dan pengaruh program tersebut terhadap anak. Penilaian kurikulum dilakukan secara berkala dan berkesinambungan oleh Pusat maupun Daerah. Penilaian kurikulum dimaksudkan untuk mngetahui sejauh mana kurikulum dilaksanakan dan kesesuainnya dengan kerangka dasar fungsi dan tujuan pendiikan nasional serta kesesuaian dengan tuntutan perkembangan yang terjadi di masyarakat. Hasil penilaian kurikulum digunakan untuk menyempurnakan pelaksanaan dan mengembangkan kurikulum selanjutnya.

Kamis, 07 April 2011

ESENSI DAN KONSEP DASAR ILMU-ILMU SOSIAL, BUDAYA DAN KEALAMAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pada hakikatnya manusia hidup tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, manusia senantiasa membutuhkan orang lain. Pada akhirnya manusia hidup secara berkelompok-kelompok. Manusia dalam bersekutu atau berkelompok akan membentuk suatu organisasi yang berusaha mengatur dan mengarahkan tercapainya tujuan hidup yang besar. Dimulai dari lingkungan terkecil sampai pada lingkungan terbesar. Pada mulanya manusia hidup dalam kelompok keluarga. Selanjutnya mereka membentuk kelompok lebih besar lagi seperti suku, masyarakat dan bangsa. Kemudian manusia hidup bernegara. Mereka membentuk negara sebagai persekutuan hidupnya.
Dalam membentuk kelompok tersebut, secara tidak langsung manusia telah belajar tentang ilmu baik ilmu sosial, budaya maupun kealaman. Perkembangan masyarakat saat ini yang semakin kompleks, menuntut manusia untuk lebih cermat dalam menata kehidupan. Bagi masyarakat yang tidak memahami ilmu maka akan tertinggal jauh dari masyarakat lain yang banyak belajar mengenai ilmu. Karena dapat terlihat pada zaman yang semakin modern seperti sekarang ini, ilmu pengetahuan berkembang layaknya seperti kilat yang terus menyambar. Dari belahan dunia yang satu telah menciptakan temuan baru, belahan dunia yang lain juga menciptakan formula-formula baru yang dapat memudahkan pekerjaan manusia di muka bumi ini.
Ilmu pengetahuan yang semakin maju tersebut akan dapat merubah kondisi bumi ini dari mulai semakin baik bahkan ada juga dampak negatif yang membuat bumi ini semakin buruk. Hal itu tentu saja pengaruh ulah manusia yang salah dalam membuat penemuan-penemuan baru, karena yang difikirkan dalam membuat penemuan baru tersebut hanya untuk kepentingan pribadi tanpa memikirkan dampak yang akan dirasakan ketika penemuan itu telah digunakan. Sebaiknya sebagai manusia yang telah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT menjadi khalifah dibumi yang indah ini, manusia idak hanya memikirkan kesejahteraannya sendiri tetapi juga memikirkan bagaimana kondisi makhluk hidup yang lain jika manusia menggunakan teknologi yang menguntungkan bagi kondisi bumi untuk masa yang akan datang.
Didalam makalah ini akan diterangkan mengenai esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial, budaya dan kealaman. Penyaji harapkan materi yang ada didalam makalah ini akan memberikan pengetahuan yang luas kepada para pembaca sehingga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.

B. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah-masalah yang akan dibahas penyaji rumuskan sebagai berikut, diantaranya:
1. Apa itu ilmu?
2. Bagaimana persyaratan ilmu?
3. Bagaimana esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial?
4. Bagaimana esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu budaya?
5. Bagaimana esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu kealaman?

C. Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa tujuan diantaranya:
1. Mengetahui tentang apa itu ilmu,
2. Mengetahui persyaratan ilmu,
3. Mengetahui esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu sosial,
4. Mengetahui esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu budaya,
5. Mengetahui esensi dan konsep dasar ilmu-ilmu kealaman.

D. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan beberapa metode, diantaranya metode kualitatif, kepustakaan, dan deskriptif. Metode kualitatif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data-data yang dapat membantu dalam penyelesaian makalah tersebut. Metode kepustakaan adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data dari buku-buku yang berasal dari perpustakaan maupun dari buku sumber sendiri. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah menggunakan konsep penggambaran data-data yang telah ada.

E. Sistematika Penulisan
Dalam sistematika penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu bab I pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan yaitu berisi tentang pengertian ilmu, persyaratan ilmu, konsep dasar ilmu-ilmu sosial, konsep dasar ilmu-ilmu budaya, dan konsep dasar ilmu-ilmu kealaman. Bab III penutup berisi tentang kesimpulan dan saran.



























BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ilmu
Kata ilmu dalam bahasa Arab yaitu "ilm" yang berarti memahami, mengerti, atau mengetahui. Secara sederhana ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar memperoleh rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya. Maksud dari kalimat diatas yaitu setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian tertentu. Ilmu lebih mengkhususkan diri pada kejelasan konsep yang dikajinya secara khusus, lebih sempit dan mendalam. Hal ini untuk memudahkan para pencari ilmu dalam memfokuskan diri dalam bidang yang dikaji.
Ilmu bukan sekedar pengetahuan tetapi ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji kebenarannya menggunakan metode-metode tertentu sesuai dengan bidang yang dikaji. Ilmu meupakan hasil olah fikir manusia secara mendalam sehingga menghasilkan suatu konsep ilmu yang dapat bermanfaat bagi kehidupan manusia.
Selain ilmu, juga terdapat kata yang selalu berkaitan dengan ilmu yaitu pengetahuan. Pengetahuan adalah segala sesuatu atau hal yang diketahui melalui tangkapan pancaindera, rasio, firasat, intiusi, dan pengetahuan sikap. Oleh karena itu, tidak semua pengetahuan adalah ilmu, tetapi semua ilmu adalah pengetahuan.

B. Persyaratan Ilmu
Ilmu adalah pengetahuan khusus dimana seseorang mengetahui apa penyebab sesuatu dan mengapa. Contohnya Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bahani (materil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Dari contoh diatas, dapat dilihat bahwa tidak semua pengetahuan dapat untuk dijadikan suatu ilmu. Ada persyaratan ilmiah sesuatu dapat disebut suatu ilmu. Persyaratan tersebut diantaranya:
1. Objektif.
Sesuatu dapat disebut ilmu jika sesuatu tersebut dicari dan diteliti secara mendalam sehingga menghasilkan suatu keputusan yang kebenarannya bersifat objektif dan dapat diterima oleh semua orang serta objek yang ditelitinya nyata. Selain itu kebenarannya dapat diuji secara ilmiah. Jadi bukan hanya kesimpulan yang diambil secara subjektif oleh peneliti atau subjek penunjang penelitian saja.
2. Metodis
Metodis berasal dari bahasa Yunani yaitu metodos yang berarti cara atau jalan. Dalam menentukan suatu ilmu, harus memiliki cara yang valid dalam kemungkinan-kemungkinan adanya penyimpangan dalam ilmu yang telah teruji kebenarannya tersebut. Secara umum metodis adalah metode ilmiah untuk menguji kebenaran suatu ilmu.
3. Sistematis
Suatu ilmu harus bersifat sistematis. Hal ini dimaksudkan agar objek dari suatu ilmu tersebut dapat terurai secara teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, serta mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat yang menyangkut objek ilmu itu sendiri.
4. Universal
Jelas dalam menemukan suatu ilmu tertentu harus memiliki sifat universal. Hal ini untuk menentukan ilmu tersebut dapat dipergunakan secara luas atau tidak. Seperti ilmu matematika dan ilmu fisika yang memiliki rumus-rumus yang valid sehingga dibelahan dunia manapun, ilmu tersebut dapat digunakan dan dapat diterima secara luas.
Selain syarat ilmu diatas, berdasarkan pandangan filsafat ilmu didalam buku Panduan Kuliah Pendidikan Lingkungan Sosial, Budaya, dan teknologi, menurut Astim Riyanto (Ridwan dan Elly, 2007: 9), mengemukakan bahwa:
Sesuatu dikatakan ilmu bila memenuhi syarat secara ontologis, epistemologis, dan aksiologis. Berikut penjelasan dari syarat-syarat tersebut.
1. Setiap ilmu memenuhi syarat secara ontologis, apabila ilmu tersebut memiliki objek studi yang jelas. Objek yang dijadikan bahan studi hendaknya dapat diidentifikasi, dapat diberi batasan-batasan, dan dapat diuraikan sifat-sifatnya yang esensial. Objek studi itu hendaknya tidak identik dengan objek studi dari ilmu lain, bukan pinjaman dari ilmu lain. Ia haruslah mandiri, tidak bergantung pada ilmu lain.
2. Sebuah ilmu memenuhi syarat secara epistimologi, bila ilmu tersebut mempunyai pendekatan dan metodologinya sendiri mengenai bagaimana atau dengan cara apa ilmu itu disusun, dibina, dan dikembangkan. Sudah sepantasnya bahwa pendekatan dan metode yang digunakan cocok dengan sifat-sifat hakiki dari objek studinya sendiri.
3. Sebuah ilmu memenuhi syarat secara aksiologi, bila ilmu tersebut dapat menunjukan nilai-nilai teoritis, hukum-hukum, generalisasi, kecenderungan umum, konsep-konsep dan kesimpulan yang logis, sistematis, dan saling berkaitan. Didalam teori atau konsep itu tidak terdapat kekacauan pikiran, atau pertentangan kontradiktif diantara satu dengan yang lainnya.

Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa dalam merumuskan suatu ilmu tidak dapat dilakukan secara instan dan apa adanya, tetapi harus dikaji terlebih dahulu apakah ilmu tersebut benar-benar suatu ilmu atau hanya pengetahuan untuk diri sendiri saja.

C. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Sosial
Sumber dari semua ilmu pengetahuan adalah filsafat (philosophia), dari filsafat lahir tiga cabang ilmu pengetahuan yaitu:
1. Social Sciences (ilmu-ilmu social meliputi : sejarah, politik, ekonomi dll)
2. Natural Science (ilmu-ilmu alam meliputi : fisika, kimia, biologi dll)
3. Humanities (ilmu-ilmu budaya meliputi : bahasa, agama, kesenian dll)
Ilmu pertama yang akan dibahas adalah ilmu-ilmu sosial (social sciences). Struktur ilmu pengetahuan termasuk ilmu sosial tersusun dalam tiga tingkatan dari yang paling sempit ke yang paling luas yaitu fakta, konsep dan generalisasi. Secara garis besar fakta adalah kejadian yang benar-benar terjadi di masyarakat. Yang dimaksud konsep yaitu sesuatu yang tersimpan dalam suatu pemikiran, ide atau gagasan. Sedangkan generalisasi yaitu pernyataan tentang hubungan diantara konsep.
Esensi dari ilmu-ilmu sosial mempelajari tindakan-tindakan manusia yang berlangsung dalam proses kehidupan dalam upaya menjelaskan mengapa manusia berprilaku seperti apa yang mereka lakukan. Ilmu-ilmu sosial belum mempunyai kaidah-kaidah dan dalil-dalil tetap yang diterima oleh bagian terbesar masyarakat karena yang menjadi objeknya adalah masyarakat manusia yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu.
Didalam rumpun ilmu-ilmu sosial terdapat objek formal diantaranya:
1. Sosiologi yaitu ilmu sosial yang mempelajari tetang hubungan antar manusia dalam konteks sosialnya. Jadi objek formal dari sosiologi adalah interaksi atau hungan antar manusia yang hidup dalam kelompok-kelompok tertentu.
2. Antropologi merupakan ilmu sosial yang mempelajari aspek kebudayaan yang ada didalam masyarakat. Objek formal dari antropologi adalah kebudayaan yang berkembang di masyarakat.
3. Ekonomi adalah ilmu sosial yang mempelajari tentang aspek kebutuhan manusia untuk memenuhi keperluan jasmani manusia. Objek formal dari ilmu ekonomi adalah kebutuhan material manusia dalam konteks sosialnya.
4. Hukum adalah ilmu sosial yang memperhatikan perilaku manusia menurut ketentuan atau aturan yang berlaku didalam suatu kelompok masyarakat. Objek formal dari ilmu hukum ini adalah perilaku manusia dalam mematuhi tata tertib yang berlaku didalam masyarakat. Hal ini sangat erat kaitannya dengan keamanan dan keadilan didalam masyarakat.
5. Komunikasi merupakan ilmu sosial tentang aspek pernyataan manusia dalam konteks sosialnya. Objek formal dari ilmu komunikasi ini adalah penyampaian pesan antara encoding (pemberi pesan) dan decoding (penerima pesan).
6. Politik merupakan ilmu sosial yang bergelut dalam aspek kekuasaan khususnya dalam masalah kenegaraan dan pemerintahan. Objek formah dari ilmu politik ini adalah kekuasaan dalam suatu pemerintahan.

D. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Budaya
Budaya merupakan hasil cipta, karya dan karsa manusia. Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa dari filsafat telah lahir tiga cabang ilmu, salah satunya adalah ilmu-ilmu budaya (humanistik).
Secara sederhana ilmu budaya dasar adalah pengetahuan yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Istilah ilmu budaya dasar dikembangkan pertama kali di Indonesia sebagai pengganti istilah basic humanitiesm yang berasal dari istilah bahasa Inggris “the Humanities”. Adapun istilah humanities itu sendiri berasal dari bahasa latin humnus yang astinya manusia, berbudaya dan halus. Dengan mempelajari the humanities diandaikan seseorang akan bisa menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa the humanities berkaitan dengan nilai-nilai manusia sebagai homo humanus atau manusia berbudaya. Agar manusia menjadi humanus, mereka harus mempelajari ilmu yaitu the humanities disamping tidak meninggalkan tanggungjawabnya yang lain sebagai manusia itu sendiri.
Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disiplin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi-bagi lagi ke dalam berbagai bidang keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni music dan lain-lain. Sedangkan ilmu budaya dasar (Basic Humanities) adalah usaha yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan kebudayaan. Dengan perkataan lain ilmu budaya dasar menggunakan pengertian-pengertian yang berasal dari berbagai bidang pengetahuan budaya untuk mengembangkan wawasan pemikiran serta kepekaan mahasiswa dalam mengkaji masalah manusia dan kebudayaan.
Ilmu budaya dasar berbeda dengan pengetahuan budaya. Ilmu budaya dasar dalam bahasa Inggris disebut basic humanities. Pengetahuan budaya dalam bahasa Inggris disebut dengan istilah the humanities. Pengetahuan budaya mengkaji masalah nilai-nilai manusia sebagai mahluk berbudaya (homo humanus). Sedangkan ilmu budaya dasar bukan ilmu tentang budaya, melainkan mengenai pengetahuan dasar dan pengertian umum tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk mengkaji masalah-masalah manusia dan budaya.
Menurut Ridwan dan Elly (2007: 11), mengemukakan bahwa:
Terdapat objek formal dari ilmu-ilmu yang berada dalam ruang lingkup ilmu-ilmu budaya (humaniora) adalah sebagai berikut:
1. Filsafat sebagai ilmu merupakan cara berpikir yang kontemplatif (perenungan), radikal (mendalam sampai ke akar-akarnya), sistematis dan universal.
2. Bahasa objek formalnya kelompok manusia yang menggunakan bahasa tersebut dalam konteks lingkungan sosial budaya.
3. Psikologi objek formalnya tentang jiwa manusia, baik macam-macam gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya.

E. Esensi dan Konsep Dasar Ilmu-ilmu Kealaman
Alam adalah sebuah benda yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa yang terdiri dari semua makhluk yang ada didalamnya baik itu benda hidup maupun benda mati yang menjadi sebuah kesatuan kehidupan yang tidak dapat dipisahkan. Alam tidak dapat berdiri sendiri karena alam adalah ciptaan Yang Maha Kuasa, oleh karena itu kelangsungan hidup alam itu tergantung pada kehidupan yang ada di dalamnya.
Di alam terdapat berbagai unsur-unsur kehidupan dimulai dari unsur yang terkecil hingga kepada unsur yang besar. Manusia termasuk dalam unsur yang terkecil sama seperti halnya binatang, dan tumbuhan, serta makhluk lainnya yang ada di alam semesta ini.
Pada dasarnya, ilmu kealaman ini mempelajari tentang berbagai gejala-gejala alami yang ada di sekitar manusia. Seperti mengapa manusia bisa tumbuh dan berkembang, mengapa ada air, tanah, batu, dan udara, itulah beberapa pertanyaan-pertanyaan yang sering timbul pada manusia-manusia yang hidup pada zaman dahulu, yang kemudian melahirkan konsep tentang ilmu kealaman. Dengan berkembangnya zaman, ilmu inipun berkembang menjadi beberapa bagian yang mengkaji tentang gejala alam ini dari sudut pandang yang berbeda. Bagian dari Ilmu ini antara lain adalah Fisika, Kimia, Biologi, Astronomi dan Matematika.
Ilmu kealaman ini adalah sebagai alat untuk mengetahui bagaimana semua ini tercipta, dan menjadi sebuah sistem yang bernama kehidupan dan semua yang terjadi di alam ini. Di sini manusia kenal ada ilmu Biologi yang mempelajari tentang substansi biologis yang terdapat dalam tubuh makhluk, Fisika yang mempelajari tentang segala energi yang terjadi di alam ini, Kimia yang mempelajari unsur-unsur yang bersifat mikro yang dapat di alam ini dan reaksi yang ditimbulkan dari unsur-unsur ini sehingga menjadi sebuah pengaruh besar terhadap kehidupan makhluk di alam semesta ini, Astronomi mempelajari seluruh benda di langit dan matematika mempelajari perhitungan yang dapat membantu manusia dalam memprediksi kehidupannya. Pokok-pokok keilmuan ini adalah membahas tentang pengukuran, materi dan perubahannya, mekanika, suhu dan kalor, gelombang, bunyi, optika, listrik dan magnet, bumi dan alam semesta, tumbuhan dan lingkungan, hewan dan lingkungan, tubuh dan gizi.
Yang akhirnya akan memberikan pemahaman kepada manusia yang diberikan akal oleh Tuhan bahwa manusia ini adalah bagian terkecil dari seluruh kehidupan yang ada di alam semesta ini. Oleh karena manusia memiliki kemuliaan tersebut, manusia dituntut untuk dapat menjaga kelangsungan hidup alam semesta. Hal ini manusia membuat manusia memahami kebesaran Tuhan.
Objek formal dari ilmu-ilmu yang berada dalam lingkup ilmu-ilmu kealaman yaitu:
1. Astronomi objek formalnya yaitu perkembangan benda-benda yang berada diluar angkasa.
2. Arkeologi objek formalnya yaitu benda-benda purbakala pada masa lalu.
3. Matematika bukanlah merupakan ilmu tetapi cara berpikir deduktif sebagai sarana dalam kegiatan berbagai disiplin ilmu. Objek telaahannya sangat banyak diantaranya adalah bilangan, geometri, pengukuran, aritmatika dan lain-lain.
4. Fisika merupakan ilmu teoritis yang dibangun atas sistem penalaran deduktif yang meyakinkan serta pembuktian induktif yang mengesankan. Objek formal ilmu fisika diantaranya zat, gerak,ruang dan waktu dalam konsep kealaman.
5. Biologi adalah ilmu yang mempelajari organisme atau makhluk hidup. Dan objek formal dari ilmu biologi ini adalah organisme itu sendiri dari mulai manusia, hewan maupun tumbuhan.

























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian pada bab pembahasan sebelumnya kami sebagai penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut:
1. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
2. Syarat-syarat ilmu diantaranya memiliki objek tertentu, memiliki metode tertentu, memiliki kegunaan, tersusun secara sistematis, uraiannya logis, dan bersifat universal.
3. Esensi dari konsep dasar ilmu-ilmu sosial yaitu ilmu yang mempelajari mengenai kehidupan masyarakat. Yang termasuk ilmu-ilmu sosial diantaranya yaitu sosiologi, antropologi, ekonomi, hukum, komunikasi dan politik.
4. Esensi dari konsep dasar ilmu-ilmu budaya yaitu hasil pola pikir manusia yang kreatif dan dijadiakan sebuah kebiasaan dalam kelompok masyarakat tertentu. Ilmu yang berada dalam lingkup ilmu budaya diantaranya filsafat, bahasa, dan psikologi.
5. Esensi dari ilmu-ilmu kealaman yaitu pengetahuan berupa gejala-gejala yang terjadi pada makhluk hidup dan lingkungannya. Ilmu yang berada dalam lingkup ilmu-ilmu kealaman diantaranya astronomi, arkeologi, fisika dan biologi.





B. Saran
Dari uraian dan kesimpulan diatas, maka sebagai khalifah yang telah diberikan kepercayaan oleh Allah SWT untuk memanfaatkan dan menjaga bumi tercinta ini sebaiknya manusia bukan hanya dapat mengambil keuntungan dari sumber daya alam yang ada tetapi juga sebagai manusia harus dapat menjaga dan melestarikannya dengan baik. Selain itu manusia juga harus dapat melestarikan budaya-budaya bangsa yang telah berkembang pesat di negara tercinta Indonesia.
Bagi manusia yang telah terlahir dengan segala kelebihan yang dimiliki maka hendaknya selalu mensyukuri segala yang telah diberikan oleh Allah SWT. Seperti yang banyak terjadi dimuka bumi ini, banyak peperangan, permusuhan dan saling menjatuhkan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain, membuat keadaan di bumi ini semakin tidak terkendali. Indahnya perdamaian dari terciptanya rasa saling menyayangi sudah hilang. Bencana yang sering terjadi pada saat ini serta semakin terkikisnya nilai-nilai kebudayaan bangsa merupakan ulah manusia yang tidak bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan kepada umat manusia. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa yang berilmu hendaknya mahasiswa dapat merubah wajah dunia menjadi semakin baik kedepannya dengan menciptakan perdamaian dunia, melestarikan budaya bangsa dan menjaga lingkungan tempat manusia tinggal.












DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Ridwan. dan Malihah, Elly. (2007). Panduan Kuliah pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya, dan Teknologi. Bumi Siliwangi: CV. Yasindo Multi Aspek.

Sunaria, Nono Harsono. (2009). Bahan Belajar Mandiri Sosiologi Antropologi Pendidikan. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru.

STRATIFIKASI DAN INTERAKSI SOSIAL

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat).
Masyarakat terdiri dari beragam kelompok-kelompok orang yang ciri-ciri berbeda baik berupa warna kulit, tinggi badan, jenis kelamin, umur, tempat tinggal, kepercayaan agama atau politik, pendapatan atau pendidikan. Pembedaan ini sering kali dilakukan bahkan mungkin diperlukan.
Semua manusia dilahirkan sama seperti yang selama ini kita tahu, melalui pendapat para orang-orang bijak dan orang tua kita atau bahkan orang terdekat kita. Pendapat demikian ternyata tidak lebih dari omong kosong belaka yang selalu ditanamkan kepada setiap orang entah untuk apa mereka selalu menanamkan hal ini kepada kita.
Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, kenyataan itu adalah ketidaksamaan. Beberapa pendapat sosiologis mengatakan dalam semua masyarakat dijumpai ketidaksamaan di berbagai bidang misalnya saja dalam dimensi ekonomi: sebagian anggota masyarakat mempunyai kekayaan yang berlimpah dan kesejahteraan hidupnya terjamin, sedangkan sisanya miskin dan hidup dalam kondisi yang jauh dari sejahtera. Dalam dimensi yang lain misalnya kekuasaan: sebagian orang mempunyai kekuasaan, sedangkan yang lain dikuasai. Suka atau tidak suka inilah realitas masyarakat, setidaknya realitas yang hanya bisa ditangkap oleh panca indera dan kemampuan berpikir manusia. Pembedaan anggota masyarakat ini dalam sosiologi dinamakan startifikasi sosial.
Seringkali dalam pengalaman sehari-hari kita melihat fenomena sosial seperti seseorang yang tadinya mempunyai status tertentu di kemudian hari memperoleh status yang lebih tinggi dari pada status sebelumnya. Hal demikian disebut mobilitas sosial. Sistem Stratifikasi menuruf sifatnya dapat digolongkan menjadi straifikasi terbuka dan stratifikasi tertutup, contoh yang disebutkan diatas tadi merupakan contoh dari stratifikasi terbuka dimana mobilitas sosial dimungkinkan.
Suatu sistem stratifikasi dinamakan tertutup manakala setiap anggota masyarakat tetap pada status yang sama dengan orang tuanya, sedangkan dinamakan terbuka karena setiap anggota masyarakat menduduki status berbeda dengan orang tuanya, bisa lebih tinggi atau lebih rendah.
Stratifikasi sosial digunakan untuk menunjukan ketidaksamaan dalam masyarakat manusia. Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa banyak dimensi dalam stratifikasi sosial akan tetapi tidak semua dimensi akan ditulis dalam makalah ini mengingat keterbatasan pengetahuan saya soal hal ini. Namun beberapa stratifikasi yang menurut saya penting akan saya tuliskan.

B. Rumusan masalah
Dalam makalah ini, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari stratifikasi dan interaksi sosial?
2. Apa jenis-jenis dari stratifikasi dan interaksi sosial?
3. Bagaimana terjadinya stratifikasi sosial?
4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi interaksi sosial?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan segala sesuatu yang berkenaan dengan stratifikasi sosial dan interaksi sosial.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan dan manfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambahan pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang budaya dan masyarakat.
2. Pembaca/ guru, sebagai media informasi tentang ilmu budaya dan masyarakat pada saat ini.

E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini di bagi kedalam tiga bab. Bab I pendahuluan berisi tentang latar belakang, tujuan dan sistematika penulisan. Bab II pembahasan yang mencakup pengertian, terjadinya, unsur-unsur, dasar-dasar, sifat-sifat, macam-macam, contoh stratifikasi sosial dan pengertian, macam-macam, bentuk-bentuk, ciri-ciri, syarat-syarat dan faktor-faktor interaksi sosial. Bab III Pada bab terakhir yaitu bab IV terdapat kesimpulan dan saran.
























BAB II
PEMBAHASAN

A. Stratifikasi Sosial
1. Pengertian Stratifikasi Sosial
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Adapun pengertian stratifikasi menurut para ahli adalah :
a. Pitirim A. Sorokin, stratifikasi sosial adalah perbedaan penduduk / masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hirarkis).
b. Drs. Robert M.Z. Lawang, stratifikasi adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
c. P.J. Bouman, Stratifikasi sosial adalah golongan manusia dengan ditandai suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa yang tertentu dan karena itu menuntut gengsi kemasyarakatan.
d. Soerjono Soekanto, Stratifikasi sosial adalah pembedaan posisi seseorang atau kelompok dalam kedudukan yang berbeda-beda secara vertikal.
e. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, Stratifikasi sosial adalah sistem perbedaan status yang berlaku dalam suatu masyarakat.

2. Terjadinya Stratifikasi Sosial
Ada dua hal yang menyebabkan terjadinya stratifikasi, yaitu :
a. Dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat
Contoh: Kepandaian, senior, tingkat umur, harta dll
b. Dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama
Contoh: Sistem kepangkatan PNS, ABRI, feodal dll

3. Unsur-unsur stratifikasi sosial
a. Kedudukan (Status)
Yaitu kedudukan sebagai tempat posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial
b. Peranan (Role)
Yaitu peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
4. Dasar-dasar stratifikasi sosial
Bibit yang menumbuhkan straifikasi yaitu barang yang dihargai misalnya :
a. Uang
b. Harta
c. Tanah
d. Kekuasaan
e. Ilmu pengetahuan
5. Sifat-sifat Stratifikasi
a. Bersifat Tertutup
Yaitu membatasi kemungkinan pindahnya seseorang dari satu lapisan ke lapisan yang lain, baik gerak keatas maupun gerak kebawah bila akan menjadi anggota biasanya berdasarkan kelahiran (contoh : kasta dalam agama hindu, sistem feodal, sistem rasial).
b. Bersifat Terbuka (Open stratification)
Yaitu setiap anggota masyarakat mempunyai kesempatan untuk berusaha dengan kecakapan sendiri untuk naik lapisan, atau bagi mereka yang tidak beruntung untuk jatuh dari lapisan atas ke lapisan bawahnya.
6. Macam-macam atau Jenis-jenis Stratifikasi
Macam-Macam/ Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial :
a. Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah. Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa. Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat / bangsawan darah biru.
b. Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya. Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran / penghasilan yang tinggi.
7. Macam-macam Kedudukan Stratifikasi Sosial
a. Ascribed status
Yaitu kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Contoh : kedudukan berdasarkan kasta/feodalis
b. Acchieved status
Yaitu kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan sengaja.
Contoh : pendidikan
c. Assigned status
Yaitu kedudukan yang diberikan kepada tokoh masyarakat/orang yang berjasa.
8. Contoh Stratifikasi pada Masyarakat Bali
a. Menurut garis keturunan laki-laki dapat kita lihat pada gelar nama yang dipakai
b. Kasta Brahmana Ida Bagus
c. Kasta Satria Tjokorda, Dewa Ngahan
d. Kasta Vesia Bagus, Ida Gusti, Gusti
e. Kasta Sudra Pande.Kban, Pasek
B. Interaksi Sosial
Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko dan Handayani (2004), “Interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial”.
“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling mempercayai, menghargai, dan saling mendukung” (Siagian, 2004, p. 216).
Berdasarkan definisi di atas maka, penulis dapat menyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar individu dan kelompok.
1. Macam-macam interaksi Sosial
Menurut Maryati dan Suryawati (2003) interaksi sosial dibagi menjadi tiga macam, yaitu:
a. Interaksi antara individu dan individu
Dalam hubungan ini bisa terjadi interaksi positif ataupun negatif. Interaksi positif, jika jika hubungan yang terjadi saling menguntungkan. Interaksi negatif, jika hubungan timbal balik merugikan satu pihak atau keduanya (bermusuhan).
b. Interaksi antara individu dan kelompok
Interaksi ini pun dapat berlangsung secara positif maupun negatif. Bentuk interaksi sosial individu dan kelompok bermacam - macam sesuai situasi dan kondisinya.
c. Interaksi sosial antara kelompok dan kelompok
Interaksi sosial kelompok dan kelompok terjadi sebagai satu kesatuan bukan kehendak pribadi. Misalnya, kerja sama antara dua perusahaan untuk membicarakan suatu proyek.

2. Bentuk - Bentuk Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dikategorikan ke dalam dua bentuk, yaitu :
a. Interaksi sosial yang bersifat asosiatif
Interaksi sosial yang bersifat asosiatif yakni mengarah kepada bentuk-bentuk asosiasi (hubungan atau gabungan) seperti :
1) Kerja sama
Adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
2) Akomodasi
Adalah suatu proses penyesuaian sosial dalam interaksi antara pribadi dan kelompok-kelompok manusia untuk meredakan pertentangan.
3) Asimilasi
Adalah proses sosial yang timbul bila ada kelompok masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda, saling bergaul secara intensif dalam jangka waktu lama, sehingga lambat laun kebudayaan asli mereka akan berubah sifat dan wujudnya membentuk kebudayaan baru sebagai kebudayaan campuran.
4) Akulturasi
Adalah proses sosial yang timbul, apabila suatu kelompok masyarakat manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur - unsur dari suatu kebudayaan asing sedemikian rupa sehingga lambat laun unsur - unsur kebudayaan asing itu diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian dari kebudayaan itu sendiri.
b. Interaksi sosial yang bersifat disosiatif, yakni yang mengarah kepada bentuk - bentuk pertentangan atau konflik seperti:
1) Persaingan
Adalah suatu perjuangan yang dilakukan perorangan atau kelompok sosial tertentu, agar memperoleh kemenangan atau hasil secara kompetitif, tanpa menimbulkan ancaman atau benturan fisik di pihak lawannya.
2) Kontravensi
Adalah bentuk proses sosial yang berada di antara persaingan dan pertentangan atau konflik. Wujud kontravensi antara lain sikap tidak senang, baik secara tersembunyi maupun secara terang - terangan yang ditujukan terhadap perorangan atau kelompok atau terhadap unsur - unsur kebudayaan golongan tertentu. Sikap tersebut dapat berubah menjadi kebencian akan tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau konflik.
3) Konflik
Adalah proses sosial antar perorangan atau kelompok masyarakat tertentu, akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang sangat mendasar, sehingga menimbulkan adanya semacam gap atau jurang pemisah yang mengganjal interaksi sosial di antara mereka yang bertikai tersebut.
3. Ciri - Ciri Interaksi Sosial
Menurut Tim Sosiologi (2002), ada empat ciri - ciri interaksi sosial, antara lain:
a. Jumlah pelakunya lebih dari satu orang
b. Terjadinya komunikasi di antara pelaku melalui kontak sosial
c. Mempunyai maksud atau tujuan yang jelas
d. Dilaksanakan melalui suatu pola sistem sosial tertentu
4. Syarat - Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Berdasarkan pendapat menurut Tim Sosiologi (2002), interaksi sosial dapat berlangsung jika memenuhi dua syarat di bawah ini, yaitu:
a. Kontak sosial
Adalah hubungan antara satu pihak dengan pihak lain yang merupakan awal terjadinya interaksi sosial, dan masing - masing pihak saling bereaksi antara satu dengan yang lain meski tidak harus bersentuhan secara fisik.
b. Komunikasi
Maksud dari komunikasi tersebut adalah berhubungan langsung dengan orang lain.
5. Faktor-faktor yang mendorong terjadinya interaksi sosial
Interaksi sosial terbentuk oleh factor – factor berikut ini :
a. Tindakan Sosial
Tidak semua tindakan manusia dinyatakan sebagai tindakan sosial misalnya : Seorang pemuda yang sedang mengkhayalkan gadis impiannya secara diam-diam. Menurut MAX WEBER , tindakan sosial adalah tindakan seorang individu yang dapat mempengaruhi individu – individu lainnya dalam masyarakat . Tindakan sosial dapat dibedakan menjadi 4 macam yaitu :
1) Tindakan Rasional Instrumental : Tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara dan tujuan . Contoh : Bekerja Keras untuk mendapatkan nafkah yang cukup .
2) Tindakan Rasional Berorientasi nilai : Tindakan – Tindakan yang berkaitan dengan nilai – nilai dasar dalam masyarakat . Contoh : Tindakan –Tindakan yang bersifat Religio – magis .
3) Tindakan Tradisional ; Tindakan yang tidak memperhitungkan pertimbangan Rasional . Contoh : Berbagai macam upacara \ tradisi yang dimaksudkan untuk melestarikan kebudayaan leluhur .
4) Tindakan Ofektif : Tindakan – Tindakan yang dilakukan oleh seorang \ kelompok orang berdasarkan perasaan \ emosi
b. Kontak Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari kontak sosial dapat dilakukan dengan cara:
1) Menurut cara berkomunikasi
a) Kontak Langsung: Pihak komunikator menyampaikan pesannya secara langsung kepada pihak komunikan.
b) Kontak Tidak Langsung : Pihak komunikator menyampaikan pesannya kepada pihak komunikan melalui perantara pihak ketiga.
2) Kontak Sosial yang dilakukan menurut terjadinya proses komunikasi. Ada 2 macam kontak sosial:
a) Kontak Primer
b) Kontak Sekunder
c. Komunikasi Sosial
Komunikasi artinya berhubungan atau bergaul dengan orang lain. Orang yang menyampaikan komunikasi disebut komunikator, orang yang menerima komunikasi disebut komunikan. Tidak selamanya kontak sosial akan menghasilkan interaksi sosial yang baik apabila proses komunikasinya tidak berlangsung secara komunikatif.
Contoh : Pesan yang disampaikan tidak jelas, berbelit – belit, bahkan mungkin sama sekali tidak dapat dipahami.
• Bentuk-bentuk interaksi yang mendorong terjadinya lembaga, kelompok dan organisasi sosial:
1) Bentuk Interaksi sosial menurut jumlah pelakunya.
a) Interaksi antara individu dan individu
Individu yang satu memberikan pengaruh, rangsangan/stimulus kepada individu lainnya. Wujud interaksi bisa dalam dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap/mungkin bertengkar.
b) Interaksi antara individu dan kelompok
Bentuk interaksi antara individu dengan kelompok. Misalnya: Seorang ustadz sedang berpidato didepan orang banyak. Bentuk semacam ini menunjukkan bahwa kepentingan individu berhadapan dengan kepentingan kelompok .
c) Interaksi antara Kelompok dan Kelompok
Bentuk interaksi seperti ini berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok lain. Contoh : Satu Kesebelasan Sepak Bola bertanding melawan kesebelasan lain.
2) Bentuk Interaksi Sosial Menurut Proses Terjadinya:
a) Imitasi
Imitasi adalah pembentukan nilai melalui dengan meniru cara- cara orang lain. Contoh : Seorang anak sering kali meniru kebiasan – kebiasan orang tuanya.
b) Identifikasi
Identifikasi adalah menirukan dirinya menjadi sama dengan orang yang ditirunya.
Contoh : Seorang anak laki – laki yang begitu dekat dan akrab dengan ayahnya suka mengidentifikasikan dirinya menjadi sama dengan ayahnya.
c) Sugesti
Sugesti dapat diberikan dari seorang individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, kelompok kepada seorang individu.
Contoh : Seorang remaja putus sekolah akan dengan mudah ikut-ikutan terlibat kenakalan tanpa memikirkan akibatnya kelak.
d) Motivasi
Motivasi juga diberikan dari seorang individu kepada kelompok. Contoh : Pemberian tugas dari seorang guru kepada muridnya merupakan salah
satu bentuk motivasi supaya mereka mau belajar dengan rajin dan penuh rasa tanggung jawab.
e) Simpati
Perasaan simpati itu bisa juga disampaikan kepada seseorang/ kelompok orang atau suatu lembaga formal pada saat-saat khusus. Misalnya apabila perasaan simpati itu timbul dari seorang perjaka terhadap seorang gadis / sebaliknya kelak akan menimbulkan perasaan cinta kasih / kasih sayang.
f) Empati
Empati itu dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contoh jika kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah-olah ikut celaka.























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelapisan sosial atau stratifikasi sosial (social stratification) adalah pembedaan atau pengelompokan para anggota masyarakat secara vertikal (bertingkat). Maryati dan Suryawati (2003) menyatakan bahwa, “Interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok”. Macam-Macam / Jenis-Jenis Stratifikasi Sosial dibagi menjadi dua yaitu stratifikasi sosial tertutup yaitu stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah dan stratifikasi sosial terbuka yaitu sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata / tingkatan yang satu ke tingkatan yang lain.
Macam-macam interaksi sosial terbagi menjadi tiga bagian yaitu interaksi antara individu dan individu, interaksi antara individu dan kelompok, interaksi sosial antara kelompok dan kelompok. Selain itu kita juga perlu tahu tentang bagaimana terjadinya stratifikasi sosial dimana stratifikasi sosial ini terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat dan terjadi dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Interaksi sosial juga bisa terbentuk oleh tiga faktor seperti tindakan sosial, kontak sosial dan komunikasi sosial.
B. Saran
Sejalan dengan kesimpulan diatas, penulis merumuskan saran sekalipun dalam masyarakat terdapat suatu stratifikasi sosial, kita sebagai masyarakat yang memiliki rasa empati tetap tidak boleh membeda-bedakan antara manusia satu dengan yang lainnya karena manusia diciptakan dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup seorang diri tanpa bantuan orang lain, sehingga kita perlu berinteraksi dengan manusia yang lain.

Jumat, 25 Maret 2011

HIDROSFER

HIDROSFER

Air adalah senyawa gabungan dua atom hidrogen dengan satu atom oksigen menjadi H2O. Sekitar 71% permukaan bumi merupakan wilayah perairan. Lapisan air yang menyelimuti permukaan bumi disebut hidrosfer.
Energi matahari yang datang di permukaan bumi menyebabkan penguapan air ke bagian atmosfer. Kemudian di atmosfer uap air ini mengalami kondensasi dan selanjutnya akan jatuh sebagai hujan.
Pemanasan oleh sinar matahari menyebabkan suhu air laut di darah tropis lebih panas dibandingkan suhu air laut yang terletak di belahan bumi lainnya. Akibatnya, timbul arus vertikal ke arah permukaan laut di daerah tropis serta arus ke arah dasar laut di daerah kutub. Adanya arus vertikal ini juga mengakibatkan perbedaan tekanan teanan air laut antara daerah tropis dengan daerah kutub. Perbedaan ini bersamaan dengan perputaran bumi serta arus angin akan menimbulkan arus air di permukaan air laut yang membantu distribusi organisme-organisme di laut.
Hidrosfer meliputi samudera, laut, sungai, danau, gletser, salju, air tanah, serta uap air di atmosfer.
1. Samudera-samudera dan laut-laut
Samudera-samudera dan laut-laut menempati 71% permukaan bumi. Bila di lihat dari luar bumi, terlihat seperti bulatan air. Tubir samudera yang paling dalam 10 km, dengan rata-ratanya 4 km. Bila semua air ini diratakan di permukaan bumi dapat mencapai dalamnya 2,84 km.
Pada dasarnya yang dimaksud dengan laut adalah masa air asin yang menggenangi sebagian besar permukaan bumi. Secara langsung maupun tidak, laut sangat berpengaruh terhadap kehidupan di permukaan bumi.
Berat jenis air laut adalah 1,027, disebabkan oleh larutan garam-garamair laut rata-rata mempunyai kandungan garam dan berbagai jenis mineral dengan konsentrasi yang relatif lebih tinggi dibandingkan air sungai atau danau, yaitu sekitar 35%. Hal inilah yang mengakibatkan organisme laut memiliki struktur tubuh maupun kondisi fisiologis yang sangat berbeda dengan organisme yang hidup di air tawar.
Besarnya kadar bagi masing-masing garam di laut adalah sebagai berikut : NaCl 77,76%, MgCl2 10,88%, MgSO4 4,74%, CaSO4 3,60%, K2SO4 2,64%, CaCO3 0,34%, MgBr2 0,22% dari sejumlah garam yang ada di dalam air laut.
Garam-garam ini terlarut dalam air sungai. Air hujan yang jatuh di daratan meresap ke dalam tanah dan ke dalam lapisan-lapisan di bawahnya, melarutkan garam-garam yang dapat dilarutkan dan semua ini diangkut sebagai larutan yang amat encer yang mengalir ke laut.
Kemudian air diuapkan, melalui peredarannya lagi dan garam tinggal di samudera. Pada dasarnya, kandungan garam kapur yang dilarutkan oleh air hujan sangat besar, akan tetapi kandungan garam kapur di laut amat sedikit. Hal ini dikarenakan jasad-jasad laut membutuhkan banyak garam kapur untuk menyusun tubuhnya.

Susunan kimia air laut dalam persen (%) adalah sebagai berikut :

O
H
Cl
Na
Mg
S
Ca 85.89
10.80
1.93
1.07
0.13
0.09
0.04 K
Br
C
Sr
B
Si
F 0.04
0.006
0.002
0.001
0.001
0.0001
0.0001 Rb
Li
Zn
P
J
As
Cu 0.00002
0.000007
0.000007
0.000006
0.000002
0.000002
0.000001

Laut terasing, yaitu laut yang berhubungan dengan laut terbuka yang belum putus, mengandung lebih banyak garam daripada laut terbuka. Laut Tengah memiliki kadar garam lebih tinggi daripada Laut Antlantik; Laut Hitam kadar garamnya lebih tinggi daripda Laut Tengah. Laut Kaspi dan Laut Mati memiliki kadar garam yang lebih tinggi lagi.
Hal ini disebabkan pada laut yang terasing kadar garamnya tidak dialirkan lagi ke tempat lain seperti halnya laut terbuka.
Selain mengandung garam, air laut juga mengandung gas, terutama CO2 yang terdapat di laut 27 kali lipat lebih banyak daripada di hawa udara. Karenanya, samudera dianggap sebagai suatu pengatur kadar CO2 udara.
Suhu di permukaan air laut berkisar antara +32oC sampai -3 oC. Pada kedalaman sekitar 75 – 1100 m, suhu udara mencapai +4 oC.
Air di permukaan bumi jumlahnya selalu tetap, meskipun berubah bentuk dari cair menjadi uap, kemudian menjadi cair kembali. Distribusi air di samudera dan laut dapat dilihat pada tabel berikut :

Samudera dan Laut % Wilayah Luas (000 km2) Volume (000 km2)
Pasifik
Atlantik
Hindia
Artik 48
28
20
4 179,670
106,450
72,930
14,090 724,330
355,280
292,310
17,100

Wilayah laut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. Berdasarkan letaknya, terbagi menjadi laut tepi yang terletak di antara tepi benua dan kepulauan yang memisahkannya dengan samudera, contohnya laut Jepang yang terletak antara Kepulauan Jepang dan Benua Asia yang memisahkannya dnegan Samudera Pasifik; Laut Tengah yang terletak di antara dua benua, misalnya Laut Karibia yang t erletak di antara Benua Amerika Utara dan Amerika Selatan; serta Laut Pedalaman, yang hampir seluruhnya dikelilingi daratan, seperti Laut Hutam, Laut Baltik dan Laut Kaspia.
b. Berdasarkan proses terjadinya, terbagi menjadi laut transgresi yang terjadi karena naiknya permukaan laut; laut ingresi yang terjadi karena turunnya daratan akibat proses patahan; serta laut regresi yang terjadi karena turunnya permukaan laut.
c. Berdasarkan kedalamannya, terbagi menjadi zona litoralyang merupakan wilayah laut yang terletak antara zona pasang naik dan pasang surut; zona neritik yang terletak dari wilayah pasang surut sampau kedalaman 200 meter; zona batial yang terletak pada kedalaman antara 200 – 2.000 meter di bawah permukaan laut serta zona abisal yang merupakan wilayah laut yang terletak pada kedalaman lebih dari 2.000 meter di bawah permukaan laut.

2. Sungai
Sungai adalah aliran air tawar melalui suatu saluran menuju laut, danau dan atau sungai lain yang lebih besar. Air sungai dapat berasal dari gletser (es), danau yang meluap atau mata air pegunungan. Dalam perjalanannya, aliran air sungai mempunyai tiga aktivitas, ayitu melakukan erosi, transportasi dan sedimentasi.
Beberapa manfaat sungai bagi kehidupan kita adalah :
a. Sebagai sarana transportasi.
b. Sebagai sumber air irigasi.
c. Aliran sungai dapat digunakan untuk pembangkit tenaga listrik.
d. Sebagai prasarana oleh raga.
e. Sebagai tempat budidaya perikanan.

3. Danau
Danau adalah masa airdalam jumlah besar yang berada dalam satu cekungan atau basin diwilayah daratan. Berdasarkan proses terjadinya, danau terbagi menjadi :
a. Danau alam; terbentuk secara alami tanpa campur tangan manusia.
b. Danau buatan (waduk) yang merupakan buatan manusia untuk keperluan tertentu. Misalnya waduk Jatiluhur dan Saguliang di Jawa Barat. Waduk ini antara lain manfaatkan untuk pembangkit listrik, pengairan lahan pertanian, pengendali banjir, rekreasi dan budidaya ikan.

3. Rawa
Rawa adalah tanah rendah yang selalu tergenang air karena tidak ada pelepasan air (drainase). Oleh karena itu, air rawa bersifat asam. Berdasarkan sifatnya, rawa dapat dibedakan menjadi :
a. Rawa air asin, yaitu rawa yang terdapat di daerah pantai.
b. Rawa air payau, yang terdapat di sekitar muara air sungai di dekat laut.
c. Rawa air tawar, yang terdapat di sekitar sungai-sungai besar.

4. Air Tanah
Merupakan air yang terdapat di lapisan tanah di bawah permukaan bumi, berasal ari air hujan yang meresap ke dalam tanah. Semakin banyak air hujan yang meresap ke dalam tanah, semkain banyak pula air yang tersimpan di dalam tanah. Secara umum air tanah dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Air tanah dangkal, yang terdapat di atas lapisan batuan kedap air.
b. Air tanah dalam, yang terletak di antara dua lapisan batuan kedap air.
Air tanah dapat juga keluar ke permukaan bumi dalam bentuk sumber air panas yang disebut geyser. Geyser merupakan sumber air panas yang erat hubungannya dengan aktivitas vulkanisme.

DINAMIKA PERUBAHAN LITOSFER DAN PEDOSFER SERTA DAMPAKNYA TERHADAP KEHIDUPAN DI BUMI

Unsur-unsur geosfer di bumi ini tidak terlepas dari beberapa komponen penting yaitu atmosfer, litosfer, pedosfer, dan hidrosfer. Komponenkomponen tersebut selalu mengalami dinamika perubahan secara terusmenerus dan tidak pernah berhenti. Keempat komponen tersebut secara bersamaan selalu mengalami dinamika perubahan. Dinamika tersebut terjadi pada setiap wilayah di permukaan bumi ini.

Dinamika perubahan keempat komponen geosfer di atas, semua terjadi di Danau Toba. Dinamika perubahan hidrosfer selalu terjadi di perairan danau karena Danau Toba merupakan danau yang mempunyai fungsi hidrologis penting bagi daerah sekitarnya. Dinamika perubahan litosfer juga selalu terjadi, dilihat dari aktivitas kegempaannya, Danau Toba termasuk daerah yang memiliki aktivitas kegempaan yang cukup tinggi, di mana aktivitas kegempaan ini dipengaruhi oleh patahan besar Sumatra. Jumlah kejadian gempa daerah Danau Toba setiap tahun umumnya berkisar 100 kejadian.
Danau Toba merupakan danau vulkano tektonis akibat proses tanah terban (subsidence) yang terjadi karena bagian dalamnya berupa magma naik ke permukaan melalui celah tektonik membentuk gunung api. Ruang yang ditinggalkan oleh magma membentuk rongga di dalam kerak bumi dan kemudian beban di permukaan mengalami terban yang terpotong menjadi beberapa bagian. Bagian yang cukup besar berada di bagian tengah dengan posisi miring ke arah barat berupa Pulau Samosir dan bagian lain yang posisinya lebih rendah selanjutnya tergenang air membentuk danau. Erupsi magma di bagian barat yang muncul ke permukaan membentuk Gunung api Pusukbuhit, sedangkan di sekeliling bagian yang terban terbentuk dinding terjal atau Kawah Rim, secara lengkap dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Fenomena di atas menunjukkan terjadinya dinamika perubahan baik litosfer, pedosfer, maupun biosfer di atasnya. Dinamika perubahan atmosfer juga selalu terjadi pada atmosfer Danau Toba termasuk ke dalam Tipe E2 menurut klasifikasi Oldeman, dan berdasarkan Schmidt dan Fergusson termasuk Tipe A. Curah hujan tahunan mencapai lebih kurang 2.000 mm, suhu udara berkisar antara 16,5º C hingga 29º C, kelembapan udara rata-rata berkisar 85%, arah angin dominan dari arah tenggara hingga selatan dengan kecepatan rata-rata 3 knots.
Kawasan Danau Toba mengalami dua puncak musim hujan sepanjang tahun di mana puncak hujan pertama terjadi pada bulan April dan puncak kedua pada bulan November. Fenomena di atas menunjukkan bahwa kondisi umum Danau Toba sangat dipengaruhi oleh komponen-komponen penting yang setiap saat mengalami dinamika perubahan. (Sumber: Masturyono, BMG)
A. Dinamika Perubahan Litosfer dan Pedosfer serta Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
1. Dinamika Perubahan Litosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
a. Struktur Lapisan Kulit Bumi (Litosfer) dan Pemanfaatannya
1) Pengertian Litosfer
Litosfer merupakan lapisan kulit, berasal dari kata litos yang artinya batu, sfeer atau sphaira, yang berarti bulatan, sehingga litosfer dapat dikatakan sebagai lapisan batuan atau kulit bumi yang mengikuti bentuk bumi yang bulat. Inti dalam mempunyai jari-jari lebih kurang 1.300 km.
Kulit bumi mempunyai ketebalan yang tidak merata antara kulit bumi bagian dataran dan bagian bawah samudra, di mana kulit bumi di bagian benua atau dataran lebih tebal daripada di bawah samudra. Bumi terdiri atas lapisan-lapisan. Lapisan-lapisan tersebut sebagai berikut.
a) Barisfer, terdiri atas bahan padat yang terbentuk dari lapisan nife (niccolum = nikel dan ferrum = besi) dengan jari-jari ±3.470 km dan batas luar lebih kurang 2.900 km di bawah permukaan bumi. Lapisan ini merupakan lapisan inti bumi, sehingga litosfer dapat dikatakan sebagai lapisan batuan atau kulit bumi yang mengikuti bentuk bumi yang bulat.
b) Lapisan pengantara (asthenosfer/mantle) adalah bahan cair yang bersuhu tinggi dan pijar. Lapisan pengantara (asthernosfer/mantle) ini merupakan lapisan yang terdapat tepat di atas lapisan nife dan mempunyai ketebalan lebih kurang 1.700 km, berat jenisnya rata-rata 5 gr/cm3.
c) Litosfer, merupakan lapisan yang terdapat di atas lapisan pengantara, mempunyai ketebalan kurang lebih 1.200 km, dengan berat jenis rata-rata 2,8 gr/cm3. Dua bagian penyusun litosfer (kulit bumi) sebagai berikut.
(1) Lapisan Sial, mempunyai ketebalan rata-rata ± 35 km, merupakan lapisan kulit bumi yang terbentuk dari logam silisium dan aluminium, dengan senyawanya yang berbentuk SiO2 dan Al2O3. Selain itu, lapisan ini juga mengandung jenis-jenis batuan metamorf, batuan sedimen, granit, andesit, dan batuan lain yang terdapat di daratan benua. Karena sifatnya yang padat dan kaku, lapisan sial disebut juga lapisan kerak. Lapisan kerak ini terdiri atas dua bagian, yaitu kerak samudra dan kerak benua.
(a) Kerak samudra, kerak yang terdapat di samudra ini adalah benda padat yang terbentuk dari endapan di dasar laut bagian atas, yang bagian bawahnya terdapat batuan-batuan vulkanik. Lapisan paling bawahnya tersusun dari batuan beku gabrodan peridotit.
(b) Kerak benua, merupakan benda padat yang terdiri dari batuan beku granit pada bagian atasnya dan batuan beku basalt pada bagian bawahnya. Kerak ini yang menempati sebagaibenua.

(2) Lapisan Sima, adalah bahan yang bersifat elastis dengan ketebalan lebih kurang 65 km. Lapisan ini tersusun oleh logam-logam silisium dan magnesium dalam bentuk senyawa SiO2 dan MgO. Lapisan sial mempunyai berat jenis yang lebih kecil daripada lapisan Sima. Hal ini disebabkan lapisan Sima mengandung besi dan magnesium, yang mengandung mineral feromagnesium dan batuan basalt.
Kulit bumi mengandung berbagai macam batuan, yang dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu batuan beku, batuan sedimen, dan metamorf.
1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari magma pijar yang membeku dan menjadi padat karena proses pendinginan. Berdasarkan tempat terjadinya pendinginan, batuan beku dapat dikelompokkan menjadi tiga, sebagai berikut.
a. Batuan tubir/batu beku dalam
Batuan tubir hanya terdiri dari kristal, terbentuk jauh di dalam kulit bumi. Bongkahan kristal yang besarbesar terjadi karena proses pendinginan yang berjalan lambat. Contoh batuan ini adalah granit.

b. Batuan leleran/batu beku luar
Pembekuan batuan ini terjadi di luar kulit bumi sehingga penurunan temperatur terjadi sangat cepat. Pada pembentukannya kadang-kadang magma sama sekali tidak menghasilkan kristal, tetapi ada juga yang membentuk kristal-kristal kecil, sehingga batuan leleran dapat berupa kristal kecil, kristal besar, dan bahan amorf seperti liparit. Namun, ada juga yang berupa bahan amorf saja seperti batu apung.

c. Batuan korok/batu beku gang
Batuan korok merupakan batuan yang terbentuk di dalam korok-korok atau gang-gang. Proses pendinginan berlangsung lebih cepat karena berada di dekat permukaan, sehingga batuan ini dapat berupa kristal kecil dan kristal besar, tetapi juga ada yang tidak mengkristal, seperti bahan amorf. Contohnya: granit fosfir.
2. Batuan Sedimen (Batuan Endapan)
Pelapukan yang dialami oleh batuan beku menyebabkan struktur batuan yang mudah lepas. Bagian yang lepas akan mudah terbawa air, angin, atau es. Bagian yang terangkut ini akan terendap di suatu tempat. Bagian batuan yang mengendap ini lama-kelamaan akan menumpuk dan mengeras membentuk batuan sedimen. Pengerasan batuan ini disebut dengan pembaruan.
Jika ditinjau dari tempat terjadinya pengendapan, batuan sedimen dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, sebagai berikut.
a. Batuan sedimen kontinental, merupakan batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di laut, misalnya, tanah los dan tanah gurun pasir.
b. Batuan sedimen marine, merupakan batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di laut, misalnya, endapan radiolaria di laut dalam, lumpur biru di pantai, dan lumpur merah.
c. Batuan sedimen lakustre, merupakan batuan sedimen yang pengendapannya terjadi di danau, misalnya, tuf danau dan tanah liat danau.
Ditinjau dari perantara atau mediumnya, batuan sedimen dapat dibagi menjadi tiga golongan.
a. Batuan sedimen aquatis (aqua = air)
1) batu pasir,
2) konglomerat, merupakan batuan sedimen yang berbentuk batubatu bulat yang berdekatan satu sama lain, dan
3) breksi, merupakan batuan sedimen yang bersudut-sudut tajam yang berekatan satu sama lain.
b. Batuan sedimen glasial, merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena lapukan batuan beku yang diangkut oleh es, contohnya: moraine.
c. Batuan sedimen aeris atau aeclis, merupakan batuan sedimen yang terbentuk karena lapukan batuan beku yang diangkut oleh angin. Contohnya: tanah pasir di gurun, tanah tuf, dan tanah los.

3. Batuan Metamorf
Batuan metomorf dapat berasal dari batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan. Perubahan dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, antara lain, sebagai berikut.
a. Tekanan tinggi
Adanya endapan yang tebal yang terdapat di bagian atasnya mengakibatkan tekanan yang tinggi pada batuan. Misalnya: batu pasir daripasir.
b. Suhu tinggi
Suhu tinggi berasal dari magma. Batuan ini berdekatan dengan dapur magma sehingga metamorfosis ini disebut metamorfosis kontak. Misalnya: antrasit dari batu bara dan manner dari batu kapur.
c. Tekanan dan suhu tinggi
Pada waktu proses pembentukan pegunungan terjadi tekanan dan suhu tinggi karena peristiwa pelipatan dan pergeseran. Proses dan perubahan ini disebut metamorfosis dinamo. Contohnya: batu chist dan shale.

b. Macam-Macam Bentuk Muka Bumi sebagai Akibat Proses Vulkanisme, Gempa Bumi, dan Diatropisme
1) Tenaga yang Mengubah Bentuk Permukaan Bumi
Tenaga yang mengubah bentuk permukaan bumi terdiri atas tenagaendogen dan eksogen.
a) Tenaga endogen, adalah tenaga yang berasal dari dalam bumi. Bentukrelief di permukaan bumi dapat dibentuk dari tenaga ini. Tenaga endogen meliputi tektonik dan vulkanik.


b) Tenaga eksogen, adalah tenaga yang berasal dari luar bumi, bersifat merusak bentuk-bentuk permukaan bumi. Tenaga eksogen meliputi pelapukan (weathering) dan erosi (pengikisan). Tenaga endogen dan eksogen sangat berpengaruh terhadap bentuk muka bumi.
2) Gejala Vulkanisme
Peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi disebut dengan vulkanisme. Campuran bebatuan dalam keadaan cair, liat, serta sangat panas disebut dengan magma. Tingginya suhu magma dan banyaknya gas di dalam magma menimbulkan aktivitas magma. Magma itu dapat berupa gas, padat, dan cair. Gunung api merupakan tempat di permukaan bumi yang pernah atau masih mengeluarkan magma. Ditinjau dari bentuk dan proses terjadinya,gunung berapi dapat dibedakan menjadi tiga, sebagai berikut.
a) Gunung api kerucut (strato)
Jenis gunung api yang banyak terdapat di Indonesia ini berbentukmenyerupai kerucut, terbentuk dari adanya letusan dan lelehan (efusi), yang terjadi secara bergantian. Gunung ini disebut lava gunung apistrato karena bahannya berlapis-lapis.
b) Gunung api corong (maar)
Bentuk gunung api ini menyerupai danau kecil (danau lava gas kawah). Keadaan ini terbentuk karena letusan lava padat (eksplosi). Bahannyaterdiri dari efflata. Kondisi ini seperti yang terjadi di lereng Gunung Lamongan Jawa Timur, Danau Eifel di Prancis, dan di dataran tinggi Prancis Tengah.
c) Gunung api perisai (tameng)
Gunung api perisai ini berbentuk menyerupai perisai, terjadi pada permukaan lereng yang landai dengan kemiringan lereng antara 1°–10°. Gunung api ini terbentuk karena lelehan maupun cairan yang keluar dan membentuk lereng yang sangat landai. Bahan lavanya bersifat cair sekali. Misalnya: Gunung Mauna Loa dan Gunung Mauna Kea di Hawaii.

Tekanan gas, luasnya sumber/dapur magma, kedalaman dapur magma, dan sifat magma (cair/kental) sangat berpengaruh terhadap kuat atau lemahnya gunung api. Bagian-bagian luar gunung api dapat kita lihat dengan mata kepala. Bagian-bagian itu adalah kaldera, dan bagian yang berada di dalamnya.
a) Kaldera, merupakan bagian kawah kepundan yang sangat besar, luas, dan bertebing curam. Kaldera terbentuk karena sebagian dari puncakgunung api itu gugur atau terbang bersama material gunung api ketikagunung api tersebut meletus dengan dahsyat, seperti yang terjadi pada Kaldera Gunung Krakatau dengan luas 7 km dan Kaldera Gunung Tengger dengan luas 8 km.
b) Batolit, merupakan magma yang menembus lapisan-lapisan batuan dan terjadi pembekuan di tengah jalan.
c) Sill, merupakan magma yang masuk dan berada di antara dua lapisan bahan sedimen dan membeku (intrusi datar).
d) Lakolit, merupakan magma yang masuk dan berada di antara batuan sedimen yang menyebabkan terjadinya tekanan ke atas sampai bagian atas cembung dan bagian bawah datar.

Ditinjau dari aktivitasnya, gunung api dapat dibedakan menjadi tiga golongan berikut.
a) Gunung aktif, merupakan gunung api yang masih beraktivitas, mengeluarkan asap pada kawahnya, menimbulkan gempa dan letusan, seperti Gunung Merapi dan Gunung Stromboli.
b. Gunung istirahat, merupakan gunung api yang sedang istirahat tetapi sewaktu-waktu dapat meletus dan kemudian istirahat kembali, seperti Gunung Ciremai.
c. Gunung mati, merupakan gunung api yang sejak tahun 1600 sudah tidak meletus lagi, misalnya, Gunung Patuha dan Gunung Sumbing.
Berbagai Macam Bahan yang Dikeluarkan oleh Tenaga Vulkanisme
a. Benda Cair
Benda cair terdiri atas berikut.
(1) Lava, adalah magma yang telah keluar.
(2) Lahar panas, merupakan campuran magma dan air, berupa lumpur panas mengalir.
(3) Lahar dingin, terdiri dari batu, pasir, dan debu di puncak gunung.
Jika hujan lebat, air hujan itu akan bercampur dengan debu dan pasir yang merupakan bubur kental. Lahar dingin ini akan mengalir ke bawah melalui lereng dan jurang-jurang dengan derasnya sehingga dapat menyapu bersih semua yang dilaluinya. Derasnya lahar dingin yang tidak terbendung akan mengakibatkan tertutupnya sawah-sawah, terbendungnya sungai-sungai dan saluran-saluran air. Kondisi ini akan dapat menimbulkan banjir lahar dingin yang didominasi pasir.
b. Efflata (bahan padat)
Berdasarkan asalnya, efflata dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu efflata antogen/pyrodastic atau effata yang berasal dari magma sendiri dan efflata allogen atau efflata yang berasal dari bebatuan yang berada di sekitar pipa kawah yang ikut terlempar. Menurut ukurannya, efflata dapat dibedakan atas bom (batu besar-besar), lapili (batu sebesar kacang/kerikil), pasir, debu, dan batu apung (batu yang penuh pori udara).
c. Bahan gas (ekshalasi)
Bahan gas terdiri atas:
(1) solftar, yaitu gas (H2S) yang keluar dari lubang;
(2) fumarol, yaitu tempat yang mengeluarkan uap air;
(3) mofet, yaitu tempat yang mengeluarkan CO2 seperti Pegunungan Dieng dan Gunung Tangkuban Perahu.
Selain beberapa bahaya yang disebabkan oleh letusan gunung api, ada juga keuntungan atau manfaat yang dapat dirasakan oleh makhluk hidup, antara lain:
(1) adanya pelapukan abu yang mengandung garam-garam dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dapat meningkatkan kesuburan tanah sehingga tanah di sekitar gunung berapi menjadi tanah yang subur;
(2) menjadi daerah tangkapan hujan atau mendatangkan hujan;
(3) semburan vulkanik dapat memperluas daerah pertanian;
d. meningkatnya jenis tanaman budi daya (tanaman perkebunan) karena adanya bermacam-macam zona tumbuh-tumbuhan;
e. menjadikan letak mineral (tambang) dekat dengan permukaan tanah;
f. udara yang masih segar dan sangat sejuk dapat dijadikan tempat pariwisata dan sanatorium.
Peristiwa Post Vulkanis
Peristiwa yang terdapat pada gunung berapi yang sudah mati atau yang telah meletus sering disebut dengan peristiwa post vulkanis. Peristiwa ini, antara lain, sebagai berikut.
a) Makdani
Makdani merupakan sumber mata air mineral yang biasanya panas dan dapat dimanfaatkan untuk pengobatan khususnya penyakit kulit.
b) Geyser
Geyser merupakan mata air yang memancarkan air panas secara periodik setiap jam, satu hari, atau satu minggu. Tinggi pancarannya dapat mencapai 10 sampai 100 meter. Contoh: di Selandia Baru, Pulau Islandia, dan Yellowstone National Park (Amerika).
c) Fumarol
Fumarol adalah sumber gas yang dapat merupakan:
(1) mofet, adalah sumber gas asam arang (CO2), contohnya: Gunung Tangkuban Perahu;
(2) sumber uap air, contohnya: fumarol gunung-gunung yang terdapat di Italia dan Islandia;
(3) solfatar, adalah sumber gas belerang (H2S), contohnya: Gunung Papandayan, Kawah Manuk, dan Gunung Welirang.
3) Gempa Bumi
Getaran permukaan bumi yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan dari dalam disebut dengan gempa bumi. Dilihat dari intensitasnya, terdapat dua macam gempa, yaitu:
(1) makroseisme, merupakan gempa yang intensitasnya besar dan dapat dirasakan tanpa menggunakan alat;
(2) mikroseisme, merupakan gempa yang intensitasnya kecil sekali dan hanya dapat diketahui dengan menggunakan alat perekam.
Berbagai hal mengenai gempa bumi ini perlu kita teliti lebih lanjut supaya kita dapat mengurangi akibat yang ditimbulkannya. Tindakan itu dapat dilakukan dengan adanya peramalan tentang terjadinya dan upayapenanggulangannya. Ilmu yang mempelajari gempa bumi, gelombanggelombangseismik, serta perambatannya disebut seismologi, sedangkan alat untuk mencatat gempa adalah seismograf. Ada dua macam seismograf, yaitu:
(1) seismograf vertikal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah vertikal;
(2) seismograf horizontal, yaitu seismograf yang mencatat getaran bumi pada arah horizontal.
Besaran (magnitudo) gempa yang didasarkan pada amplitudo gelombang tektonik dicatat oleh sismograf dengan menggunakan skala Richter. Massa yang bebas dari getaran gempa yang disebut massa stasioner.

4) Diatropisme/Tektonisme/Tektogenesa
Perubahan letak lapisan bumi secara mendatar atau vertikal disebut tektonisme. Bentuk hasil tenaga tektonisme umumnya berupa lipatan dan patahan. Semua gerak naik dan turun yang menyebabkan perubahan bentuk kulit bumi disebut dengan gerak tektonik. Gerak ini terbagi menjadi gerak epirogenetik dan gerak orogenetik.
a) Gerak epirogenetik merupakan gerak atau pergeseran lapisan kulit bumi yang sangat lambat, berlangsung dalam waktu yang lama, dan meliputi daerah yang luas. Ada dua macam gerak epirogenetik.
(1) Epirogenetik positif, yaitu gerak turunnya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut naik. Keadaan ini akan jelas terlihat jika kita berada di tepi pantai.
Contoh:
1. Turunnya pulau-pulau di Indonesia bagian timur (Kepulauan Maluku dan pulau-pulau barat daya sampai ke Pulau Banda).
2. Turunnya muara Sungai Hudson di Amerika yang dapat dilihat sampai kedalaman ± 1.700 meter.
3. Turunnya lembah Sungai Kongo sampai dengan 2.000 meter di bawah permukaan laut.
(2) Epirogenetik negatif, merupakan gerak naiknya daratan sehingga terlihat seakan permukaan air laut turun.
Contoh:
1. Naiknya Pulau Timor dan Pulau Buton.
2. Naiknya dataran tinggi Colorado di Amerika.
b) Gerak orogenetik, merupakan gerakan pembentuk pegunungan, relatif lebih cepat daripada gerak epirogenetik. Gerakan ini menyebabkan tekanan horizontal dan vertikal di kulit bumi, yang menyebabkan peristiwa dislokasi atau berpindah-pindahnya letak lapisan kulit bumi.
Peristiwa ini dapat menimbulkan lipatan dan patahan.
(1) Lipatan (kerutan)
Adanya gerakan tekanan horizontal yang berakibat berkerut dan melipatnya kulit bumi, selain itu juga dapat menyebabkan terbentuknya pegunungan di relief muka bumi. Contoh: pegunungan-pegunungan tua, seperti Pegunungan Ural dan Allegani. Lipatan ini terjadi pada zaman primer; pegunungan muda, seperti rangkaian Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik yang terjadi pada zaman tersier. Rangkaian Pegunungan Mediterania dimulai dari Pegunungan Atlas, Alpen, Balkan, Asia Muka, Himalaya, Hindia Belakang, Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, sampai Maluku, sedangkan Sirkum Pasifik memanjang dari pantai Pasifik Amerika, Jepang, Filipina, Papua, Australia, sampai Selandia Baru. Lipatan dibagi atas tiga lipatan yaitu: lipatan tegak, lipatan condong, dan lipatan rebah. Punggung-punggung lipatan disebut antiklinal dan lembah lipatan disebut sinklinal.
(2) Patahan (retakan)
Gerakan tekanan horizontal dan vertikal menyebabkan retak atau patahnya lapisan kulit bumi. Misalnya: tanah turun (slenk), tanah naik (horst), dan tanah bungkuk (fleksur).

c. Ciri Bentang Alam sebagai Akibat Proses Pengikisan dan Pengendapan
1) Pelapukan, Pengikisan, dan Erosi
Cuaca, temperatur, air, atau organisme sangat berpengaruh terhadappelapukan batuan. Perusakan batuan karena adanya pengaruh cuaca, temperatur, air, atau organisme itulah yang disebut pelapukan. Perbedaan cuaca pada musim hujan dan musim panas serta temperatur yang tinggi dan rendah, sangat berpengaruh pada proses pelapukan batuan. Pelapukan hanya terjadi pada lapisan kulit bumi bagian luar yang ketebalannya sangat dipengaruhi oleh peristiwa penyebab pelapukannya. Pada daerah tropis mempunyai ketebalan yang lebih besar jika dibandingkan dengan di daerah sedang. Ketebalan di daerah tropis mencapai 100 m.
Gaya berat sangat berpengaruh pada lapisan pelapukan batuan yang terdapat di lereng-lereng pegunungan. Erosi pada lereng pegunungan akan mengangkut bagian teratasnya. Pada peristiwa pelapukan sering terdengar istilah denudasi. Tahukah kalian apakah denudasi itu? Denudasi dapat terjadi jika kecepatan pelapukan batu-batuan tidak dapat mengikuti kecepatan runtuhnya lapisan batuan yang lapuk, yang menyebabkan terkupas dan terbukanya batuan yang asli.
Di alam ini terdapat tiga macam pelapukan, antara lain, sebagai berikut.
a) Pelapukan Kimiawi
Pelapukan kimiawi terjadi karena batu-batuan mengalami perubahan kimiawi. Pelapukan ini disebabkan oleh air dan panas. Pelapukan kimiawi banyak terjadi di Indonesia. Ini disebabkan curah hujan di Indonesia sangat tinggi. Air hujan mempermudah terjadinya pelapukan kimiawi. Selain air hujan pelapukan juga dipercepat oleh tumbuh-tumbuhan yang terdapat di Indonesia. CO2 banyak dikeluarkan oleh tumbuh-tumbuhan selain akarnya dapat mengeluarkan asam yang memudahkan terjadinya proses kimiawi.
Air yang banyak mengandung CO (zat asam arang) dapat dengan mudah melarutkan batu kapur (CaO3). Peristiwa ini disebut dengan pelarutan yang dapat menimbulkan gejala-gejala karst. Yang termasuk gejala-gejala karst, antara lain, sebagai berikut.
(1) Dolina, merupakan lubang-lubang berbentuk corong, yang terbentuk karena peristiwa erosi (pelarutan) atau runtuhan. Akibat yang ditimbulkan oleh dolina dapat terlihat pada puncak-puncak pegunungan kapur. Puncak-puncak itulah yang merupakan sisa pelarutan, sedangkan dolina-dolina yang melebur di antaranya terlihat sebagai lembah.
(2) Stalaktit dan stalagmit. Kapur tebal yang terdapat pada atap gua memudahkan udara masuk ke dalam. Keadaan ini menyebabkan terbentuknya kerucutkerucut kapur yang disebut stalaktit dan stalagmit. Kerucut-kerucut kapur yang bergantungan pada atap gua adalah stalaktit, sedangkan kerucut-kerucut kapur yang berdiri pada dasar gua disebut stalaktit. Jika stalaktit dan stalagmit bersentuhan, akan membentuk tiang kapur. Misalnya: Gua Gong dan Gua Tabuhan di dekat Pacitan, Jawa Timur, Gua Lawa di Purwokerto, dan Gua Jatijajar dekat Kebumen, JawaTengah.

(3) Gua dan sungai dalam tanah. Retakan dalam tanah kapur akan menjadi besar dan menjadi lubang-lubang atau guagua karena pengaruh pelarutan. Jika di dalam tanah lubang-lubang itu berhubungan satu sama lain, terjadilah sungai-sungai di dalam tanah.
b) Pelapukan Organis
Pelapukan organis terjadi karena aktivitas organisme, termasuk hewan dan tumbuhan. Hewan yang berperan dalam pelapukan, antara lain, cacing tanah, serangga, dan tikus. Di garis pantai yang terangkat sering dijumpai lubang-lubang bekas rumah binatang yang hidup pada permukaan air. Selain hewan, tumbuhan juga berperan dalam pelapukan organis. Pengaruh tumbuhan dapat bersifat mekanis dan kimiawi. Bersifat mekanis karena berkembangnya pertumbuhan akar di dalam tanah dapat merusak tanah dan sekitarnya. Bersifat kimiawi karena akar akan mengeluarkan asamasam mengisap garam makanan. Asam-asam ini bersifat merusak batubatuan sehingga mendorong terjadinya pelapukan.
c) Pelapukan Fisis atau Mekanis
Pelapukan ini disebut juga pelapukan mekanis karena proses penyebabnya berlangsung secara mekanis. Perusakan fisik batu-batuan akan terjadi pada pelapukan ini, di mana batuan yang besar akan pecah menjadi kecil dan yang kecil akan remuk menjadi halus. Yang termasuk dalam pelapukan fisik atau mekanis, antara lain, kerusakan yang disebabkan oleh beberapa hal di bawah ini.
(1) Besarnya perbedaan suhu (temperatur). Kondisi ini sebagian besar terjadi di daerah yang beriklim kontinental, atau beriklim gurun. Di daerah gurun temperatur pada siang hari dapat mencapai 50°C, sedangkan malam akan begitu dingin. Hal ini menyebabkan retak dan pecahnya batu-batuan besar.
(2) Bekunya air tanah di dalam tanah atau di dalam pori-pori batuan. Jika air membeku, akan terjadi peningkatan volume atau pemuaian volume yang dapat meningkatkan tekanan keluar sehingga lama-kelamaan batu-batuan akan mengalami keretakan. Peristiwa ini banyak terjadi di daerah beriklim sedang. Jika suhunya rendah, air tanah bagian atas dapat mengalami pembekuan.
(3) Mengkristalnya air garam. Suhu pada siang hari yang sangat tinggi akan mengakibatkan air menguap dan unsur-unsur garam yang terdapat di dalam air akan mengkristal, di mana kristal-kristal yang terbentuk ini sangat runcing dan tajam. Kristal yang tajam ini dapat merusak batubatuan yang ada di sekitarnya.
(4) Akibat erosi di daerah pegunungan
Hasil pelapukan batuan ini akan segera terangkut jika ada aliran yang kuat. Proses pengangkutan hasil pelapukan batuan ini sering disebut dengan erosi. Pengikisan permukaan kulit bumi karena aliran air, es, atau angin disebut erosi. Erosi dapat terjadi karena beberapa sebab berikut.
(a) Erosi air sungai
Gerakan air yang mengalir akan menimbulkan gesekan dengan tanah yang dilaluinya. Semakin cepat dan besar jumlah airnya, gerakan yang ditimbulkan akan semakin besar pula. Semakin besar gerakan akan menyebabkan gesekan yang semakin keras. Gesekan air dengan tanah yang dilaluinya ini dapat menyebabkan pengikisan, karena secara tidak langsung air akan banyak membawa benda padat yang menimbulkan gesekan keras. Akan tetapi, lain halnya dengan air yang tenang dan tidak mengalir deras. Air yang tenang tidak mengadakan gesekan dan tidak menimbulkan pengikisan. Dengan kata lain, pengikisan hanya dapat terjadi jika air itu mengalir dan mengangkut benda-benda padat. Akibat yang ditimbulkan oleh erosi air sungai dapat dibuktikan dengan terjadinya lembah-lembah, ngarai, dan jurang yang dalam, seperti Lembah Anai, Ngarai Sianok, dan Grand Canyon serta Sungai Colorado di Amerika Serikat.
(b) Erosi air laut (abrasi)
Erosi air laut sering disebut dengan abrasi. Abrasi adalah perusakan atau pengikisan pantai yang disebabkan oleh pukulan gelombang laut yang terusmenerus terhadap dinding pantai, seperti Pantai Parangtritis di Yogyakarta.
(c) Erosi es (gletser)
Gerakan lapisan es yang mengalir turun dari pegunungan es yang menyebabkan pengikisan disebut dengan erosi es (gletser). Aliran es yang mencair itu akan membawa atau menyeret batu-batuan ke bawah atau disebut moraine, seperti Pantai Fyord di Skandinavia.
(d) Erosi angin (korasi)
Selain air sungai, air laut, dan es, pengikisan juga dapat disebabkan oleh angin. Pengikisan oleh angin banyak terjadi di daerah gurun pasir. Setelah terbawa oleh angin, pasir-pasir tersebut diendapkan di tempat lain sehingga terbentuk bukit-bukit pasir yang dapat berpindah-pindah. Jika pasir yang terbawa angin itu melewati batu-batuan, akan timbul gesekan antara pasir dan batuan yang dapat menyebabkan terjadinya pengikisan batuan. Jika bagian bawah batuan itu terkikis secara terus-menerus, bantuan akan membentuk batu cendawan di gurun pasir, seperti Tanah Loss di Cina Utara setebal 600 meter adalah hasil erosi angin dari Gurun Gobi. Pengaruh erosi air terhadap material yang dihancurkan, diangkut, dan yang diendapkan, dapat kamu lihat pada bahasan berikut.
1. Batu-batuan yang diangkut
Gesekan dan benturan pada saat pengangkutan batuan akan mengakibatkan pecahnya batuan. Karena gesekan dan benturan tersebut batu-batuan makin lama akan makin bulat dan kecil. Pergeseran batu-batuan akan menyebabkan batuan menjadi semakin tipis, sedangkan batuan yang diguling-gulingkan akan menjadi bulat dan seperti batu guling.
2. Sungai
a. Hulu sungai
Di bagian hulu sungai, kecepatan aliran sungai lebih tinggi karena kemiringan gradien dasarnya yang tinggi. Oleh karena itu, erosi dasar sungai lebih tinggi daripada erosi tepi sungai. Kondisi ini menyebabkan sungai menjadi lebih cepat dalam daripada melebarnya. Kalau kalian perhatikan di daerah-daerah pegunungan, sungai-sungainya akanterlihat curam di antara tebing-tebing yang tinggi. Selain itu, palung sungai berbentuk huruf V.
b. Bagian tengah sungai
Dasar sungai bagian tengah tidak lagi miring, tetapi sudah mulai melandai atau rata. Demikian pula dengan kecepatan airnya yang mulai berkurang atau kecepatan airnya yang semakin kecil. Di bagian ini benda-benda padat yang besar mulai diendapkan. Pengendapan sebagian besar terjadi pada bagian tepi sungai karena pada bagian ini kecepatan airnya paling kecil, sehingga garis arus mulai membelok dan erosi ke bagian tepi yang dituju menjadi besar. Sebagai akibatnya sungai mulai membelok dan belokan ini makin lama makin besar. Sungai yang berkelok-kelok (Meander) ini sebagian besar terdapat di hilir sungai.
c. Hilir sungai
Di bagian hilir ini dasar palung sungai berbentuk datar. Di daerah hilir ini air mengalir dengan kecepatan yang sangat lambat, bahkan seperti tidak mengalir. Dengan demikian, benda-benda yang terangkut sebagian besar diendapkan di bagian muara sungai. Peristiwa ini mendorong terbentuknya delta atau pulau-pulau di bagian muara sungai.

3. Relief permukaan bumi
Terjadinya erosi menyebabkan puncak-puncak gunung yang mula-mula tajam menjadi rendah dan bulat. Demikian juga dengan jurang-jurangnya yang curam, karena pengendapan bahan-bahan dan pengikisan di lerengnya, gunung menjadi lebih dangkal. Dataran tinggi menjadi rendah, sebaliknya dataran rendah menjadi tinggi karena endapan tanah. Kejadian-kejadian tersebut memicu pada terbentuknya suatu relief permukaan bumi yang disebut peneplain.
4. Tanah pertanian
Ada dua pengaruh yang disebabkan oleh erosi terhadap tanah pertanian. Pengaruh tersebut ada yang menguntungkan dan ada yang merugikan. Pengaruh ini ditentukan oleh jenis erosi. Adapun pengaruh tersebut sebagai berikut.
a. Pengaruh yang menguntungkan
Dikatakan menguntungkan jika tanah hasil erosi adalah tanah aluvial yang dapat menjaga kesuburan tanah. Bagaimana erosi yang dapat menjaga kesuburan tanah? Kondisi ini terjadi jika jumlah tanah yang diangkut oleh erosi itu seimbang dengan jumlah tanah yang terbentuk oleh pelapukan. Erosi seperti inilah yang diperlukan oleh tanah pertanian.
b. Pengaruh yang merugikan
Di sini erosi yang terjadi dapat menyebabkan tanah menjadi tandus dan mati. Hal ini terjadi karena tanah yang diangkut oleh erosi itu lebih banyak daripada tanah yang terjadi karena pelapukan. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi terjadinya erosi, antara lain, sebagai berikut:
(1) pembuatan terasering dengan cara membuat tanah lereng menjadi bertingkat-tingkat, sehingga apa jika terjadi hujan, kecepatan air dari bagian atas akan berkurang;
(2) pelaksanaan strip-cropping atau metode tanam berseling yang waktu panennya tidak sama;.
(3) melakukan reboisasi atau penanaman hutan kembali, terutama dilakukan pada hutan-hutan lindung yang mulai gundul;
(4) mengadakan contour-plowing, yaitu mengadakan pembajakan yang searah dengan kontur.
2) Pengendapan
Setelah menempuh jarak tertentu, material yang terbawa karena erosi akan diendapkan. Ini dapat terjadi karena kecepatan erosi semakin berkurang. Endapan hasil pelapukan batu-batuan ini lama-kelamaan akan berubah menjadi batuan sedimen. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkut dan tempat pengendapannya, batuan sedimen dapat dibedakan atas berikut.
a. Berdasarkan tenaga alam yang mengangkutnya:
(1) sedimen akuatis oleh air;
(2) sedimen marine oleh air laut;
(3) sedimen glasial oleh gletser (es);
(4) sedimen aeolis (aeris) oleh angin.
b. Berdasarkan tempat pengendapan:
(1) sedimen fluvial, di sungai;
(2) sedimen marine, di laut;
(3) sedimen limnis, di danau atau rawa;
(4) sedimen terestris, di darat;
(5) sedimen glasial, di daerah es.

Hasil proses sedimentasi di suatu tempat dengan tempat lain akan berbeda. Berikut ini adalah ciri bentang lahan akibat proses pengendapan berdasarkan tenaga pengangkutnya.
a) Pengendapan oleh Air
Batuan hasil pengendapan oleh air disebut sedimen akuatis. Bentang alam hasil pengendapan oleh air, antara lain, meander, dataran banjir, tanggul alam, dan delta.
(1) Meander
Meander merupakan sungai yang berkelok-kelok yang terbentuk karena adanya pengendapan. Proses berkelok-keloknya sungai dimulai dari sungai bagian hulu. Pada bagian hulu, volume air kecil dan tenaga yang terbentuk juga kecil. Akibatnya, sungai mulai menghindari penghalang dan mencari rute yang paling mudah dilewati. Sementara itu, pada bagian hulu belum terjadi pengendapan.
Pada bagian tengah, yang wilayahnya mulai datar aliran air mulai lambat dan membentuk meander. Proses meander terjadi pada tepi sungai, baik bagian dalam maupun tepi luar. Di bagian sungai yang alirannya cepat akan terjadi pengikisan, sedangkan bagian tepi sungai yang lamban alirannya akan terjadi pengendapan. Apabila hal itu berlangsung secara terus-menerus, akan membentuk meander. Meander biasanya terbentuk pada sungai bagian hilir, di mana pengikisan dan pengendapan terjadi secara berturut-turut. Proses pengendapan yang terjadi secara terus-menerus akan menyebabkan kelokan sungai terpotong dan terpisah dari aliran sungai, sehingga terbentuk oxbox lake.
(2) Delta
Pada saat aliran air mendekati muara, seperti danau atau laut, kecepatan alirannya menjadi lambat. Akibatnya, terjadi pengendapan sedimen oleh air sungai. Pasir akan diendapkan sedangkan tanah liat dan lumpur akan tetap terangkut oleh aliran air. Setelah sekian lama, akan terbentuk lapisan-lapisan sedimen. Akhirnya lapisan-lapisan sedimen membentuk dataran yang luas pada bagian sungai yang mendekati muaranya dan membentuk delta.
Pembentukan delta memenuhi beberapa syarat. Pertama, sedimen yang dibawa oleh sungai harus banyak ketika akan masuk laut atau danau. Kedua, arus panjang di sepanjang pantai tidak terlalu kuat. Ketiga, pantai harus dangkal. Contoh bentang alam ini adalah delta Sungai Musi, Kapuas, dan Kali Brantas.
(3) Dataran banjir dan tanggul alam
Apabila terjadi hujan lebat, volume air meningkat secara cepat. Akibatnya, terjadi banjir dan meluapnya air hingga ke tepi sungai. Pada saat air surut, bahan-bahan yang terbawa oleh air sungai akan terendapkan di tepi sungai. Akibatnya, terbentuk suatu dataran di tepi sungai. Timbulnya material yang tidak halus (kasar) terdapat pada tepi sungai. Akibatnya, tepi sungai lebih tinggi dibandingkan dataran banjir yang terbentuk. Bentang alam itu disebut tanggul alam.
b) Pengendapan oleh Air Laut
Batuan hasil pengendapan oleh air laut disebut sedimen marine. Pengendapan oleh air laut dikarenakan adanya gelombang. Bentang alam hasil pengendapan oleh air laut, antara lain, pesisir, spit, tombolo, dan penghalang pantai. Pesisir merupakan wilayah pengendapan di sepanjang pantai. Biasanya terdiri atas material pasir. Ukuran dan komposisi material di pantai sangat bervariasi tergantung pada perubahan kondisi cuaca, arah angin, dan arus laut.
Arus pantai mengangkut material yang ada di sepanjang pantai. Jika terjadi perubahan arah, arus pantai akan tetap mengangkut material-material ke laut yang dalam. Ketika material masuk ke laut yang dalam, terjadi pengendapan material. Setelah sekian lama, terdapat akumulasi material yang ada di atas permukaan laut. Akumulasi material itu disebut tepi.
Jika arus pantai terus berlanjut, spit akan semakin panjang. Kadangkadang spit terbentuk melewati teluk dan membentuk penghalang pantai(barrier beach). Apabila di sekitar spit terdapat pulau, biasanya spit akhirnya tersambung dengan dataran, sehingga membentuk tombolo.
c) Pengendapan oleh Angin
Sedimen hasil pengendapan oleh angin disebut sedimen aeolis. Bentang alam hasil pengendapan oleh angin dapat berupa gumuk pasir (sand dune). Gumuk pantai dapat terjadi di daerah pantai maupun gurun. Gumuk pasir terjadi jika terjadi akumulasi pasir yang cukup banyak dan tiupan angin yang kuat. Angin mengangkut dan mengendapkan pasir di suatu tempat secara bertahap sehingga terbentuk timbunan pasir yang disebut gumuk pasir.
d) Pengendapan oleh Gletser
Sedimen hasil pengendapan oleh gletser disebut sedimen glasial. Bentang alam hasil pengendapan oleh gletser adalah bentuk lembah yang semula berbentuk V menjadi U. Pada saat musim semi tiba, terjadi pengikisan oleh gletser yang meluncur menuruni lembah. Batuan atau tanah hasil pengikisan juga menuruni lereng dan mengendap di lembah. Akibatnya, lembah yang semula berbentuk V menjadi berbentuk U.
d. Degradasi Lahan dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Lahan merupakan bentang darat mulai dari pantai sampai ke pedalaman. Luas lahan bumi diperkirakan 148.892.000 km2. Luas lahan tersebut tersebar merata di seluruh permukaan bumi dan tidak mengumpul menjadi satu. Belahan bumi utara mempunyai luas lahan yang lebih besar jika dibandingkan dengan luas lahan di belahan bumi bagian selatan. Jumlah bentang alam di permukaan bumi yang berupa lahan bervariasi, mulai dari lahan yang tandus dan tidak dapat ditanami sampai lahan yang sangat subur dan mudah dikelola manusia. Faktor-faktor yang menentukankualitas lahan, antara lain, ketinggian tempat, bentuk lahan, keadaan iklim, ada tidaknya vegetasi, dan ada tidaknya kandungan unsur-unsur mineral.
Lahan potensial adalah lahan-lahan yang memungkinkan untuk dikelola manusia karena sejauh ini manusia hanya memanfaatkan bentang alam berupa lahan yang memungkinkan untuk hidup sesuai dengan taraf kebudayaannya. Dapat dikatakan bahwa lahan potensial merupakan lahan yang produktif sehingga jika dikelola oleh manusia, dengan pengelolaan tersebut, diharapkan lahan tersebut akan dapat memberikan hasil yang tinggi dan biaya pengelolaan yang rendah.
Lahan potensial terdiri dari lahan kering dan lahan basah.
Menurut Davis, 1996, secara garis besar terdapat lima sistem klasifikasi lahan basah, yaitu:
1) kawasan sungai, meliputi lahan basah yang terdapat di sepanjang sungai;
2) kawasan laut, yang meliputi kelompok basah, pesisir yang asin, termasuk pantai berbatu, terumbu karang, dan padang lumut;
3) kawasan danau, meliputi semua lahan basah yang berhubungan dengan danau dan biasanya berair tawar;
4) kawasan muara, yang meliputi sungai, delta, rawa pasang surut yang berair payau, dan hutan bakau;
5) kawasan rawa, yang meliputi tempat-tempat yang bersifat ”merawa” (berair, tergenang, lembap), misalnya, hutan rawa air tawar, hutan rawa gambut, dan rawa rumput.
Selain itu, termasuk pula dalam klasifikasi itu adalah klasifikasi lahan basah buatan seperti tambak ikan atau udang, sawah, reservoir, kanal, bendungan, kolam ikan, dan danau garam. Lahan kering meliputi seluruh daratan di permukaan bumi yang kering dan tidak tertutup air. Sejauh ini pemanfaatan lahan potensial belum dilakukan secara optimal oleh manusia. Keadaan ini terjadi karena beberapa kendala, sebagai contoh tingginya suhu di padang pasir, letak daerah yang sangat tinggi, terjalnya lereng, ataupun adanya daerah yang tertutup salju.
Meski belum optimal, upaya pelestarian dan peningkatan manfaat lahanlahan potensial tetap dilaksanakan, antara lain, dengan cara sebagai berikut:
1) adanya keserasian dan keseimbangan fungsi dan intensitas penggunaan lahan pada wilayah tertentu;
2) perencanaan yang matang tentang penggunaan lahan kota agar jangan sampai menimbulkan dampak pencemaran;
3) adanya perencanaan penggunaan lahan;
4) pengoptimalan penggunaan lahan bagi kepentingan manusia;
5) diadakan pengkajian terhadap kebijakan tata ruang, perizinan, dan pajak dalam kaitannya dengan konversi penggunaan lahan;
6) perlu diperhatikan teknologi pengolahan tanah, penghijauan, reboisasi, dan pembuatan sengkedan, khususnya di daerah-daerah perbukitan;
7) adanya pemisahan penggunaan lahan untuk permukiman, industri, pertanian, perkantoran, dan usaha-usaha lainnya;
dibuatnya peraturan perundang-undangan yang meliputi pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan peraturan perpajakan;
9) adanya usaha permukiman penduduk dan pengendalian peladang berpindah;
10) adanya pengelolaan yang baik pada daerah-daerah aliran sungai, daerah pesisir, dan daerah sekitar lautan.
e. Degradasi Lahan dan Terjadinya Tanah Kritis dan Tandus
Berbagai variasi bentuk muka bumi adalah adanya dataran tinggi, dataran rendah, daerah sedang, daerah yang subur, daerah yang tandus, daerah yang mengandung mineral, daerah yang tidak mengandung mineral, dan sebagainya.
Terdapatnya bentuk dan letak muka bumi yang bervariasi tersebut menimbulkan berbagai pengaruh, di antaranya:
1) sebagai penentu ada tidaknya mineral yang terkandung dalam batuan;
2) perbedaan suhu yang berpengaruh terhadap jenis tanaman;
3) tingkat kepadatan penduduk, sebagai contoh kepadatan penduduk akan lebih terpusat pada daerah-daerah yang mempunyai kesuburan tinggi atau daerah-daerah yang kaya barang tambang jika dibandingkan dengan daerah yang tandus;
4) daerah yang subur, cukup hujan, mempunyai jenis vegetasi dan fauna yang beragam. Di daerah-daerah tertentu seperti daerah Pulau Timor, pulau-pulau karang di Maluku, Jawa (Pegunungan Seribu, Pegunungan Kendeng) jenis tanahnya kapur sehingga memiliki sifat kurang subur dan kurang dapat menyimpan air;
5) di daerah-daerah tertentu yang tanahnya mengandung endapan vulkanik, bersifat sangat subur seperti Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, dan Kepulauan Maluku;
6) adanya pertimbangan tentang keadaan topografi sebelum melakukan pembangunan bangunan-bangunan seperti jembatan, gedung, dan jalan-jalan raya;
7) di daerah-daerah tertentu seperti di Pulau Kalimantan tanahnya hanya sedikit mengandung mineral yang sebagian besar hanyut terkikis dan tercuci terus-menerus oleh hujan sehingga mengakibatkan tanahnya tidak subur.
Harus diperhatikan bahwa tanah yang subur dapat saja menjadi tanah yang tidak subur, tandus, dan kritis. Hal ini disebabkan oleh salahnya pengolahan tanah, seperti tidak diolah dan tidak dipupuk sehingga tanah mengalami degradasi. Keadaan ini akan memunculkan apa yang disebut lahan kritis, yaitu tanah rusak, tandus, dan tidak ada vegetasi yang tumbuh di atasnya yang lama-kelamaan akan menjadi padang pasir atau bukit padas dan batu. Tingkat kesuburan di lahan kritis ini mendekati nol sehingga tidak dapat ditanami sama sekali. Lahan kritis dapat terjadi karena beberapa hal, yaitu:
1) bencana alam, seperti letusan gunung api, gempa bumi, banjir, dan tanah longsor;
2) perbuatan manusia, seperti penggundulan hutan, pembuangan limbah industri, pembuangan sampah plastik sembarangan, penggalian barang tambang tanpa pengawasan, kebakaran hutan, dan peladangan berpindah- pindah.
2. Dinamika Perubahan Pedosfer dan Dampaknya terhadap Kehidupan di Muka Bumi
Tanah merupakan permukaan bumi yang dapat dipergunakan untuk berbagai macam keperluan, antara lain, tempat mendirikan perumahan, pertanian dan perkebunan, dan bahan pembuat berbagai macam bahan bangunan. Dapatkah kalian bayangkan bagaimana jika bumi tidak memiliki tanah? Di mana manusia dan hewan akan berpijak? Di mana tanaman akan tumbuh? Tidak dapat dibayangkan apa yang akan terjadi jika tidak ada tanah di muka bumi ini.
Tanah berbeda dengan lahan. Tanah adalah material, sedangkan lahan adalah lokasi tanah di muka bumi yang digunakan untuk aktivitas tertentu, contohnya lahan pertanian, lahan perumahan, lahan perkebunan, dan lahan perikanan. Tahukah kalian bagaimana proses pembentukan tanah itu? Apakah erosi tanah itu? Apakah penyebab erosi tanah dan apa pula dampaknya terhadap kehidupan? Bagaimana usaha yang harus kita lakukan untuk mengurangi terjadinya erosi tanah?
a. Ciri dan Proses Pembentukan Tanah di Indonesia
Tanah adalah material yang berasal dari hasil pelapukan batuan dan sisa-sisa bahan organik. Pelapukan tersebut mengakibatkan batuan yang sangat keras dan dapat berubah menjadi bahan yang lebih lunak atau butiran-butiran yang lebih halus yang disebut dengan regolit. Lapisan atas regolit inilah yang berubah menjadi tanah. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan batuan sebagai berikut.
1) Iklim, perubahan suhu panas pada waktu siang hari (penyinaran cahaya matahari) dan dingin pada malam hari serta curah hujan tinggi mempercepat keretakan atau kerapuhan batuan yang disebabkan percepatan intensitas reaksi kimia.
2) Aktivitas organisme yang hidup di dalam tanah yang mengeluarkan zat tertentu yang dapat menghancurkan batu-batuan.
3) Sifat-sifat bahan induk yang membentuknya.
4) Topografi, keadaan topografi berpengaruh terhadap jumlah air hujan yang dapat diserap oleh tanah, kedalaman air tanah, gerakan air, danerosi tanah.
5) Perakaran tumbuh-tumbuhan yang dapat masuk ke dalam retakanretakan batuan sehingga mempercepat hancurnya batuan, contohnya lumut kerak.
6) Adanya tekanan sisa-sisa zat organik ke permukaan bumi sehingga terjadi pemadatan yang mempercepat hancurnya batuan.
7) Lama waktu terjadinya pelapukan.
Sifat-Sifat Tanah yang Dapat Diamati di Lapangan
Sifat-sifat fisik tanah yang dapat diamati di lapangan, antara lain, sebagai berikut.
a) Warna tanah, merupakan petunjuk sifat fisik tanah. Perbedaan warna tanah disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organiknya. Semakin tinggi kandungan bahan organik, warna yang terjadi semakin tua atau gelap. Pada lapisan atas kandungan bahan organiknya lebih tinggi daripada tanah pada lapisan bawah, sehingga semakin ke atas warnanya semakin tua. Selain itu, kandungan Fe juga berpengaruh pada warna tanah. Tanah yang mengandung Fe++ (keadaan reduksi) akan berwarna abu-abu, contohnya tanah yang tergenang air. Tanah yang mengandung Fe+++ (keadaan oksidasi) akan berwarna merahkecokelatan, contohnya tanah berdrainase baik. Untuk menentukan jenis tanah berdasarkan warnanya, dapat dilihat Klasifikasi Munsel Soil Colour Chart.
b) Batas horizon, merupakan batas antara horizon yang satu dengan yang lainnya. Batas horizon ini dibedakan menjadi batasan yang nyata dengan lebar peralihan 6,5–125 cm dan batasan yang baru dengan lebar peralihan > 12,5 cm.
c) Tekstur tanah, merupakan ukuran butiran tanah yang dapat menunjukkan kasar halusnya tanah. Tekstur tanah terdiri dari bahan kasar dan bahan halus (pasir, debu, dan liat). Bahan kasar adalah bahan yang berukuran > 2 mm.
d) Struktur tanah, adalah ikatan antarbutiran-butiran pasir, debu dan liat oleh bahan organik atau oksida besi yang membentuk gumpalan. Struktur tanah menurut bentuknya dibedakan menjadi bentuk lempung, prisma, tiang, gumpal, granular, dan remah.
e) Drainase tanah, adalah kemampuan tanah untuk menyerap air yang berada di atas permukaannya. Tanah berdrainase baik berwarna merah kecokelatan, sedangkan tanah berdrainase buruk biasanya berwarna keabu-abuan karena sering tergenang air dan terjadi reduksi Fe, sehingga kurang baik untuk ditanami karena keadaan tanah yang lembap dapat memicu tumbuhnya jamur dan bakteri.
f) Konsistensi, sangat berpengaruh terhadap teknis pengolahan tanah. Pada kondisi agak basah dapat dibedakan menjadi tanah gembur (mudah diolah, tidak lengket, dan gumpalan mudah dihancurkan) dan tanah teguh (sulit diolah, lengket, dan gumpalan sulit dihancurkan). Dalam keadaan kering dapat dibedakan menjadi tanah lunak dan tanah keras.
Jenis tanah berdasarkan bahan induk pembentuk tanah dapat dibedakan menjadi berikut.
a) Tanah oganosol, merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk organik (tanah gambut) dan hutan rawa dengan iklim basah pada curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanah organosol banyak mengandung unsur hara dan biasanya terdapat di daerah pasang surut seperti Jawa, pantai barat Sumatra, pantai timur Kalimantan, dan pantai barat Papua.
b) Tanah podzolik merah kuning, merupakan perkembangan dari tanah mineral yang berasal dari batuan pasir kuarsa, tuff vulkanis bersifat asam dan tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering dengan curah hujan 2.500 mm/tahun. Tanah podzolik ini banyak terdapat di Nusa Tenggara Barat.
c) Tanah aluvial, merupakan tanah yang terbentuk dari endapan lumpur yang terbawa oleh air sungai. Tanah ini banyak mengandung unsur hara yang dibutuhkan oleh tumbuhan sehingga sangat subur. Tanah aluvial banyak terdapat di Sumatra bagian timur, Kalimantan bagian tengah dan timur, Jawa bagian utara, dan Papua bagian selatan.
d) Tanah vulkanis, merupakan tanah yang terbentuk dari pelapukan batuan vulkanis, lava yang telah membeku (effusif) atau dari abu letusan gunung berapi yang telah membeku (efflata). Tanah ini sangat subur untuk pertanian karena merupakan tanah tuff yang berasal dari abu letusan gunung berapi, misalnya, di Lampung, Palembang, dan Sumatra Barat. Tanah vulkanis terdapat di Jawa, Sumatra, Bali, dan wilayah-wilayah yang ada gunung apinya.
e) Tanah humus, biasa disebut dengan bunga tanah, tanah ini berasal dari pembusukan tumbuh-tumbuhan yang jatuh di atasnya. Tanah ini banyak mengandung humus yang sangat subur untuk tanaman.
f) Tanah pasir, merupakan tanah yang berasal dari pelapukan batuan pasir. Tanah ini hanya mengandung sedikit bahan organik sehingga kurang baik untuk pertanian, dan banyak terdapat di daerah pantai barat Sumatra Barat, Sulawesi, dan Jawa Barat.
g) Tanah laterit atau tanah merah, merupakan tanah yang kaya zat besi dan aluminium. Tanah ini bukan merupakan tanah yang subur karena usianya sudah tua.
b. Penyebab Erosi Tanah dan Dampaknya terhadap Kehidupan
Tanah terbentuk dari akumulasi tubuh-tubuh alam yang bebas dan menduduki sebagian besar lapisan atas permukaan bumi. Tanah memiliki sifat-sifat yang dipengaruhi oleh iklim, jasad-jasad hidup, dan bahan induk dalam keadaan tertentu dan jangka waktu tertentu yang berperan dalam menumbuhkan tanaman.

1) Fungsi Tanah bagi Kehidupan Manusia
Tanah sangat berperan bagi kehidupan manusia. Tanah dapat dimanfaatkan oleh manusia karena dapat berperan sebagai:
(1) tempat tumbuh tanaman;
(2) tempat tinggal dan tempat manusia melakukan kegiatan atau aktivitas;
(3) tempat berkembangnya hewan;
(4) mengandung barang tambang atau bahan galian.
2) Erosi Merusak Kesuburan Tanah
Erosi tanah menyebabkan kerusakan lapisan tanah atas yang subur dan lingkungan alam di sekitarnya menjadi rusak. Beberapa hal yang menyebabkan terjadinya erosi tanah adalah:
(1) gundulnya hutan-hutan;
(2) tidak ada vegetasi penutup tanah;
(3) tidak dibuatnya terasering pada tanah-tanah yang mempunyai kemiringan tinggi sehingga tanah mudah terbawa;
(4) tidak dibuatnya tanggul-tanggul pasangan sebagai penahan erosi;
(5) penebangan hutan secara liar tanpa disertai reboisasi;
(6) tidak adanya larangan penggembalaan liar di permukaan tanah yang berlumpur sehingga tanah atas semakin rusak.
Tumbuhan dapat tumbuh subur di lapisan tanah bagian atas karena dalam lapisan tersebut mengandung berbagai unsur atau komponen yang diperlukan untuk tumbuh tanaman seperti, mineral, bahan organik, air, dan udara, masing-masing mempunyai perbandingan mineral 45%, bahan organik 5%, air antara 20%–30%, dan udara tanah antara 20%–30%. Perbedaan kemampuan tanah dipengaruhi oleh beberapa hal seperti:
(1) tekstur tanah;
(2) ketebalan solum tanah;
(3) permeabilitas tanah;
(4) tingkat erosi;
(5) kemiringan lereng;
(6) penyaluran air.
Tekstur tanah merupakan perbandingan relatif berbagai fraksi-fraksi tanah yaitu fraksi pasir, fraksi debu, dan fraksi lempung yang merupakan golongan terbesar dari massa tanah. Pasir, debu, dan lempung disebut sebagai partikel zarah tanah. Butir-butir tanah atau batuan yang
berdiameter di atas 2 mm disebut gravel dan tidak termasuk fraksi tanah. Unsur tanah yang terdiri dari butiran pasir mempunyai tekstur yang kasar, sedangkan unsur tanah yang hanya terdiri dari lempung mempunyai tekstur yang halus. Tekstur tanah yang paling cocok untuk pertanian adalah tanah yang lekat atau biasa disebut geluh, sedangkan untuk pembuatan kerajinan keramik banyak dibutuhkan fraksi tanah lempung.


c. Berbagai Usaha untuk Mengurangi Terjadinya Erosi Tanah
1) Tekstur dan Kesuburan Tanah
Tanah yang tidak mengalami erosi mempunyai lapisan tanah yang subur sehingga banyak ditumbuhi tumbuh-tumbuhan. Pada tanah yang tidak tererosi lapisan bunga tanahnya akan mampu menambah kesuburannya. Lain halnya dengan tanah yang mengalami erosi, tanah ini akan tandus, tidak mengandung bunga tanah dan tidak banyak tumbuhan yang dapat hidup di sini. Demikian juga jika penebangan hutan dilakukan tanpa adanya reboisasi, terutama pada daerah-daerah yang mempunyai kemiringan yang tinggi dan kemungkinan terjadinya erosi tanah atau angin sangat tinggi.
Selain yang telah disebutkan di atas, tingkat kesuburan tanah dapat diketahui dari tekstur dan struktur tanahnya, baik yang butir tanahnya sedang, mengandung garam pertumbuhan dalam persentase yang tinggi, maupun banyak mengandung air sebagai pelarutnya. Ukuran partikel tanah ditentukan oleh tekstur tanahnya. Kelompok lempung mempunyai rentang ukuran partikel tanah yang terbesar dengan diameter partikel 0,0002 mm hingga hampir sebesar molekul. Struktur tanah adalah susunan butir-butir suatu tanah dengan komposisi 90% bahan mineral, 1–5% bahan organik, dan 0,9% udara dan air.
Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap tekstur tanah adalah komposisi mineral dan batuan atau bahan induk, sifat, dan cepatnya proses pembentukan tanah lokal serta umur relatif tanah. Tekstur tanah dapat menentukan beberapa hal pengerjaan tanah, pengerjaan tanah berpasir di daerah beriklim kering, dan pengerjaan tanah lempung. Misalnya, pengerjaan tanah lempung lebih sulit jika dibandingkan dengan tanah pasir. Hal ini disebabkan tanah lempung bersifat plastis dan sukar untuk diolah jika basah, serta keras jika kering. Namun, di daerah iklim tropis basah tanah lempung memiliki permeabilitas walaupun rendah.
Permeabilitas tanah adalah cepat atau lambatnya air meresap ke dalam tanah melalui pori-pori tanah baik ke arah horizontal maupun ke arah vertikal. Tekstur tanah sangat berpengaruh pada kecepatan perembesan air. Semakin halus tekstur tanah semakin lambat perembesan airnya.
Ketebalan atau solum tanah menunjukkan tebal tanah jika diukur dari permukaan sampai ke batuan induk. Drainase adalah pengaturan dan pengaliran air yang berada dalam tanah atau permukaan tanah yang menggenang.
Di daerah yang mempunyai solum tanah dalam, drainase yang baik, tekstur halus, dan kemiringan lereng 1–2% dapat diusahakan secara intensif tanpa bahaya erosi atau penurunan produktivitas. Kemampuan daerahbersolum tanah dangkal, drainase buruk, tekstur tanah sangat halus atau sangat kasar, dan berlereng curam adalah terbatas, dan jika lahan itu digunakan banyak hambatannya.
Berdasarkan kesuburannya, tanah dapat dibagi menjadi tanah muda, dewasa, tua, dan sangat tua.
a) Tanah muda, tanah ini belum subur karena unsur hara atau zat makanan yang terkandung masih sedikit.
b) Tanah dewasa, merupakan tanah yang sangat subur dan paling cocok untuk pertanian karena tanah ini banyak mengandung unsur hara atau zat makanan.
c) Tanah tua, kesuburan tanahnya sudah mulai berkurang karena unsur atau zat hara makanan yang terkandung di dalamnya juga sudah mulaiberkurang.
d) Tanah sangat tua, tanah ini merupakan tanah yang tidak subur, juga disebut tanah mati karena unsur hara atau zat makanan yang terkandung di dalamnya sudah sangat sedikit, bahkan hampir habis.
Unsur K, P, N, C, H, O, Na, Ca, S, Mg, Fe, Zn, B, Cu, dan Mn sangat diperlukan oleh tanah. Seperti halnya manusia yang sangat memerlukan bahan makanan untuk tumbuh dan berkembang, unsur-unsur tersebut diperlukan oleh tanah untuk berubah dan berkembang menjadi tanah yang subur. Dengan kata lain, unsur-unsur itulah yang merupakan bahan makanan bagi tanah. Jika ada salah satu unsur yang tidak terpenuhi,tanaman yang tumbuh di atasnya pun akan tumbuh kurang sempurna.Unsur-unsur di atas dapat diperoleh dari mana saja, baik dari dalam tanah,udara, maupun air. Namun, jika salah satu unsur itu tidak dapat diperoleh secara bebas di alam, tanaman dapat disuplai dengan pupuk dan unsur mineral pupuk organik dan anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tumbuhan, hewan, dan manusia yang telah membusuk.
Contoh pupuk organik adalah pupuk hijau, pupuk kandang, dan pupuk kompos. Pupuk organik memberikan banyak keuntungan, karena membantu penyerapan air hujan, memperbaiki daya mengikat air, mengurangi erosi, dan mempercepat pertumbuhan. Pupuk anorganik disebut juga dengan pupuk buatan merupakan pupuk yang dibuat dalam pabrik. Pupuk fosfat (P), pupuk kalium (K), dan pupuk nitrogen (N) biasa dikenal sebagai pupuk urea, amonium sulfat, dan amonium klorida merupakan beberapa contoh pupuk anorganik tunggal, sedangkan pupuk NP, NK, PK, dan NPK merupakan contoh dari pupuk anorganik majemuk. Petani mempunyai kecenderungan menggunakan pupuk anorganik dalam pertaniannya karena mereka berpendapat bahwa pupuk pabrik lebih praktis pemakaiannya, ringan, mudah larut, dan cepat bereaksi.
Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menggunakan pupuk anorganik adalah potensi tanah, jenis pupuk, dosis pemupukan, waktu, dan pemberian pupuk. Dengan memerhatikan hal-hal tersebut produksi pertanian yang diusahakan dapat memperoleh hasil yang optimal.
2) Menjaga Kesuburan Tanah dan Usaha Mengurangi Erosi Tanah
Kesuburan tanah dapat dijaga dan dipertahankan dengan cara:
a) pemupukan, diusahakan dengan pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk buatan, dan pupuk kompos;
b) pembuatan bendungan untuk melancarkan sistem irigasi;
c) pembuatan hutan cadangan pada lereng-lereng gunung;
d) reboisasi atau penghijauan di lereng-lereng gunung yang gundul;
e) pembuatan lahan bertingkat untuk pertanian di daerah miring.
Kemiringan suatu lahan terhadap bidang horizontal sering disebut dengan kemiringan lereng. Jika sudut kemiringan lahannya semakin besar, risiko terjadi erosi dan longsor akan semakin besar pula. Ada beberapa langkah untuk menjaga kelestarian lahan pertanian daerah miring, menghindari erosi tanah dan longsor, yaitu dengan caramembuat terasering; menanami lahan menurut garis kontur agar perakaran dapat menahan tanah (contour farming); pembuatan tanggul pasangan (sengkedan); menanam menurut garis kontur horizontal tanah (contour plowing); bertani dengan cara membagi bidang-bidang tanah itu dalam bentuk sempit dan memanjang mengikuti garis kontur sehingga berbelok-belok bentuknya (contour sinp cropping); pergantian jenis tanaman ketersediaan unsur hara tanah terjaga dan tidak kehabisan salah satu unsur hara akibat penanaman satu jenis tanaman secara terusmenerus (crop rotation); dan melakukan penanaman hutan kembali (reboisasi) pada hutanhutan gundul.
3) Lahan Kritis dan Lahan Potensial
a) Lahan Potensial
Lahan potensial merupakan lahan subur yang sebenarnya dapat dimanfaatkan, tetapi belum dimanfaatkan atau belum diolah, padahal jika diolah akan memberikan nilai ekonomi yang tinggi. Selain itu, juga mempunyai daya dukung terhadap kebutuhan manusia. Dari keadaan tersebut dapat diartikan bahwa lahan potensial merupakan aset yang dapat digunakan sebagai modal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu, harus ditangani dan dikelola secara bijaksana.
Di luar Pulau Jawa masih banyak lahan produktif dan potensial yang belum tergarap, daerah ini sering disebut sebagai lahan tidur. Kebutuhan pangan yang semakin meningkat, memaksa manusia untuk mencari lahan-lahan pertanian baru, tempat mereka mengubah hutan menjadi ladang pertanian, dan tuntutan kebutuhan perumahan memaksa mereka untuk mengubah lahan pertanian tersebut menjadi areal permukiman penduduk. Namun, jika program untuk meningkatkan produksi pangan dan perluasan permukiman dalam skala besar-besaran tidak diatur secara tegas dapat menyebabkan meningkatnya erosi, berkurangnya kesuburan dan produktivitas lahan, dan hilangnya habitat. Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dengan menetapkan kawasan cagar alam dan taman nasional, tetapi tetap saja sejumlah besar lahan dirusak oleh para penebang liar.
Lahan potensial tersebar di tiga wilayah utama daratan, yaitu di daerah pantai, dataran rendah, dan dataran tinggi. Lahan-lahan di wilayah pantai didominasi oleh tanah aluvial (tanah hasil pengendapan). Wilayah dataranrendah dihitung mulai dari dataran pantai sampai ketinggian 300 m dpl. Pada curah hujan yang sesuai dengan kawasan ini merupakan daerah suburseperti pada dataran aluvial. Wilayah dataran tinggi dihitung mulai dari ketinggian 500 m dpl sampai ke atas merupakan wilayah yang berkontur, berbukit-bukit sampai daerah pegunungan. Bagi daerah-daerah tanah tinggi yang dipengaruhi oleh gunung api, kondisi lahannya didominasi oleh tanah vulkanik yang subur yang kandungan mineral haranya cukup tinggi. Meskipun daerahnya subur, daerah pegunungan merupakan daerah yang berisiko tinggi untuk terjadinya erosi tanah dan tanah longsor. Pengaruh erosi, di daerah-daerah yang memiliki curah hujan tinggi keadaan tanahnya biasanya berwarna merah kecokelatan (pucat), karena unsur-unsur hara dan humusnya banyak tercuci dan terhanyutkan oleh air hujan. Jenis tanah ini kurang subur. Contoh tanah yang sudah banyak mengalami pencucian di antaranya tanah latosol dan tanah podzolik serta tanah laterit.
Usaha pelestarian dan peningkatan kegunaan lahan-lahan potensial, antara lain, dilakukan dengan cara membuat perencanaan penggunaan lahan; menciptakan keserasian dan keseimbangan fungsi lahan; mengintensifkan penggunaan lahan dalam waktu tertentu; pembuatan perencanaan pembangunan tata lahan untuk menghindari pencemaran; penggunaan lahan seoptimal mungkin untuk kepentingan rakyat; adanya pemisahan penggunaan lahan untuk permukiman, industri, perkantoran, maupun pertanian; pembuatan peraturan atau UU pengalihan hak atas tanah untuk kepentingan umum dan; peraturan perpajakan. Adanya kajian yang berhubungan dengan kebijakan tata ruang, perizinan atau pajak untuk memberikan tambahan wawasan bagi masyarakat tentang konservasi lahan, adanya perhatian terhadap teknologi pengolahan tanah, penghijauan (reboisasi), dan pembuatan sengkedan terutama di daerah-daerah pegunungan, penanaman lahan di permukiman penduduk agar mempunyai ladang yang tetap dan tidak berpindah-pindah, pengelolaan daerah DAS di sepanjang aliran sungai.
b. Lahan Kritis
Lahan kritis sering disebut dengan lahan yang tidak produktif karena meski sudah dikelola tetap saja produktivitas lahannya rendah. Jika ditanami pun hasilnya akan lebih kecil daripada modal yang dikeluarkan. Keadaan tersebut membuat petani enggan mengusahakan tanah-tanah di lahan kritis tersebut. Biasanya lahan kritis ini merupakan lahan tandus, gundul, dan tidak dapat digunakan untuk usaha pertanian karena tingkat kesuburannya sangat rendah.
Lahan kritis dapat terbentuk karena beberapa faktor, antara lain, adanya kekeringan, genangan air secara terusmenerus seperti di daerah pantai dan rawa, terjadinya erosi tanah dan masswasting di daerah dataran tinggi, pegunungan, dan daerah yang miring, adanya kesalahan
dalam pengelolaan lahan yang kurang memerhatikan aspekaspek kelestarian lingkungan, masuknya material yang dapat bertahan lama ke lahan pertanian yang tak dapat diuraikan oleh bakteri seperti plastik yang dapat bertahan selama ± 200 tahun di dalam tanah, adanya pembekuan air di daerah kutub atau pegunungan tinggi, serta adanya pencemaran zat seperti pestisida dan limbah pabrik yang masuk ke lahan pertanian.
Perbaikan terhadap lahan kritis perlu dilakukan karena jika lahan kritis dibiarkan dan tidak ada perlakuan perbaikan, secara langsung atau tidak dapat mengganggu kehidupan manusia. Oleh karena itu, perlu adanya usaha-usaha perbaikan lahan kritis. Untuk menghindari bahaya yang ditimbulkan oleh adanya lahan kritis tersebut, pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan, yaitu melakukan rehabilitasi dan konservasi lahanlahan kritis di Indonesia.
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mencegah dan mengatasi lahan kritis adalah:
(1) pemanfaatan lahan seoptimal mungkin, baik untuk pertanian, perkebunan, peternakan, maupun usaha lainnya;
(2) melakukan penghijauan atau reboisasi;
(3) pembuatan terrasering pada lereng bukit untuk mencegah terjadinya erosi tanah;
(4) program kali bersih (prokasih);
(5) reklamasi lahan bekas pertambangan;
(6) pengelolaan wilayah terpadu di wilayah perairan dan daerah aliran sungai (DAS);
(7) mempertahankan keanekaragaman hayati dan pola pergiliran tanaman;
(8) ditetapkannya sanksi yang tegas bagi siapa saja yang merusak lahan, yang mengarah pada terjadinya lahan kritis;
(9) sedapat mungkin digunakan pupuk organik secara tepat dan terusmenerus. Pupuk organik tersebut, antara lain, pupuk kandang atau kompos;
(10) memanfaatkan tumbuhan eceng gondok guna menurunkan zat pencemar yang ada pada lahan pertanian; meski dapat digunakan untuk menyerap zat pencemar dan dapat dimanfaatkan untuk makanan ikan, tetapi tetap harus diperhatikan karena eceng gondok sangat mudah berkembang, sehingga dapat menutup permukaan air dan dapat mengganggu lahan pertanian;
(11) penggemburan tanah sawah dilakukan dengan tumbuhan azola.
http://gurumuda.com/bse/dinamika-perubahan-litosfer-dan-pedosfer-serta-dampaknya-terhadap-kehidupan-di-muka-bumi